Sunday, January 31, 2016

Perbankan Islam Pelengkap Kewangan Riba-Kapitalis atau Syariah?

Riba Adalah Ujian Untuk Umat Ini

Tiap-tiap umat Allah turunkan ujian besar sebagai pengukur tahap keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Umat Nabi Lut menghadapi ujian homosek, umat Nabi Ibrahim menghadapi Raja Namrud yang mempertahankan berhala, umat di zaman Nabi Musa menghadapi ujian sihir oleh Firaun, umat di zaman Nabi Isa di uji dengan penyakit dan Nabi Isa diberi mukjizat untuk menyembuhkan penyakit kusta dan buta, dan umat Nabi Muhammad s.a.w ialah kekayaan yang menjerumuskan riba.
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnnya bagi setiap umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan.” Riwayat at-Tirmidzi


Dalam Hadis riwayat Abu Daud dan Ibn Majah, Rasulullah s.a.w dilapurkan berkata:
“Sesungguhnya akan datang kepada manusia suatu zaman di mana tidak akan terlepas seorang pun, melainkan akan makan riba, maka sesiapa yang tidak memakannya riba akan terkena juga debu-debu riba itu.”

Definisi Riba

Ditinjau dari ilmu bahasa Arab, riba bermaknakan: Tambahan, tumbuh, dan menjadi tinggi.

Firman Allah Ta'ala berikut merupakan contoh nyata akan penggunaan kata riba dalam pengertian seperti ini:

"Dan kamu lihat bumi ini keringJ kemudian apabila Kami turunkan air diatasnyaJ hiduplah bumi itu dan menjadi tinggi (suburlah) dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh- tumbuhan yang indah." (QS.Al-Hajj: 5)

Adapun dalam pemahaman syari'at, maka para ulamak mempunyai pendapat yang berbeza dalam mendefinisikannya, akan tetapi maksud dan maknanya tidak jauh berbeda. Diantara definisi yang boleh mewakili berbagai definisi yang ada ialah:
"Suatu akad/transaksi atas barang tertentu yang ketika akad berlangsung, tidak diketahui kesamaannya menurut ukuran syari'at atau dengan menunda penyerahan kedua barang yang menjadi objek akad atau salah satunya”.

Ada juga yang mendefinisikannya sebagai berikut:

"Penambahan pada komoditi barang dagangan tertentu”.

Hukum Riba
Tidak asing lagi bahwa riba adalah salah satu hal yang diharamkan dalam syari'at Islam. Sangat banyak dalil-dalil yang menunjukkan akan keharaman riba dan berbagai sarana terjadinya riba.

Firman Allah Ta'ala berikut adalah salah satu dalil yang nyata-nyata menegaskan akan keharaman praktek riba:

"Hai orang-orang yang beriman) janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." ( QS. Ali Imran:130)

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, Allah Ta'ala melarang hamba-hamba-Nya kaum mukminin dari praktik dan memakan riba yang senantiasa berlipat ganda. Dahulu orang-orang jahiliyyah bila hutang sudah lebih tempoh, mereka berkata kepada yang berhutang, 'Engkau menjelaskan hutangmu atau membayar riba.' Bila ia tidak menjelaskannya, maka pemberi hutangpun menundanya dan orang yang berhutang menambah jumlah pembayarannya. Demikianlah setiap tahun; sehingga hutang yang sedikit menjadi berlipat ganda besar jumlahnya. Dan pada ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bertakwa agar mereka selamat di dunia dan di akhirat.


Pada ayat lain, Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaithan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Allah telah menghalalkan perniagaan dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang senantiasa berbuat kekafiran/ingkar, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwaAllah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (QS. Al-Baqarah: 275-279)

Ancaman Allah Terhadap Pelaku Riba

Ancaman bagi orang yang tetap menjalankan praktek riba setelah datang kepadanya penjelasan dan setelah ia mengetahui bahwa riba diharamkan dalam syari'at Islam,
akan dimasukkan ke neraka. Bahkan bukan sekedar masuk kedalamnya, akan tetapi dinyatakan pada ayat diatas bahwa "ia kekal di dalamnya."

Allah Ta'ala mensifati pemakan riba sebagai
"Orang yang senantiasa berbuat kekafiran/ingkar, dan selalu berbuat dosa."

 Ibnu Katsir berkata, "Sesungguhnya pemakan riba tidak rela dengan pembagian Allah untuknya, berupa rezki yang halal, dan merasa tidak cukup dengan syari'at Allah yang telah membolehkan untuknya berbagai cara mencari penghasilan yang halal. Oleh karenanya, ia berusaha untuk mengambil harta orang lain dengan cara-cara yang bathil, yaitu dengan berbagai cara yang buruk. Dengan demikian sikapnya merupakan pengingkaran terhadap berbagai kenikmatan, dan amat zhalim lagi berlaku dosa, yang senantiasa memakan harta orang lain dengan cara-cara yang bathil."

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, "Allah Yang Maha Suci telah menyebutkan sikap seluruh manusia dalam hal harta benda pada akhir surat AI-Baqarah, yaitu terbagi menjadi tiga bahagian: Adil, zhalim, dan keutamaan. Keadilan berupa akad jual beli, zhalim berupa perbuatan riba, dan keutamaan berupa sedekah. Kemudian Allah memuji orang-orang yang bersedekah dan menyebutkan pahala mereka, Dia mencela pemakan riba dan menyebutkan hukuman mereka, dan Dia membolehkan jual beli serta hutang piutang hingga tempoh yang telah ditentukan."

Dan diantara dalil dari hadits-hadits Nabi s.a.w yang menunjukkan akan haramnya riba, ialah hadits berikut:

Dari sahabat ]abir r.a , ia berkata, "Rasulullah s.a.w telah melaknati pemakan riba , orang yang memberikan/membayar riba (nasabah), penulisnya (sekretarinya), dan juga dua orang saksinya." Dan beliau juga bersabda, "Mereka itu sama dalam hal dosanya." (HR. Muslim)

Orang yang dilaknat ialah orang yang dijauhkan atau didoakan agar dijauhkan dari kerahmatan Allah Ta'ala. Agar kita semua semakin memahami tentang betapa besarnya dosa memakan harta riba, maka saya mengajak pembaca untuk merenungkan sabda Rasulullah s.a.w berikut, yang menjelaskan kadar dosa memakan harta riba:

"(Dosa) riba itu memiliki tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan ialah semisal dengan (dosa) seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Dan sesungguhnya riba yang paling besar ialah seseorang yang melangggar kehormatan/harga diri saudaranya." (HR. Ath-Thabrani dan lainnya serta disahihkan oleh Al-Albani)

Karena hukum dan dosa riba demikian besarnya, maka sudah semestinya wajib atas setiap orang Islam untuk memahaminya dan mengetahui berbagai transaksi yang tergolong kedalamnya, agar tidak tergelincir dalam perbuatan dosa besar ini. Lebih-lebih lagi pada zaman sekarang, dimana sikap tamak untuk mengaut harta telah menguasai kebanyakan manusia.

Betapa besarnya dosa riba ini hinggakan Allah dan RasulNya mengisytiharkan perang keatas pengamal riba.

Sahabat nabi Ibnu 'Abbas r.a menjelaskan maksud ini dengan berkata, "Yakinilah (wahai para pemakan riba) bahwa Allah dan Rasul-Nya pasti memerangi kalian."

Pada riwayat lain beliau berkata, "Kelak pada hari kiamat, akan dikatakan kepada pemakan riba: Ambillah senjatamu untuk berperang (melawan Allah dan Rasul-Nya)."
Ibnul Qayyim berkata, "Allah Ta'ala menekankan hukum keharaman riba dengan suatu hal yang paling berat dan keras, yaitu berupa peperangan pemakan riba melawan Allah dan Rasul-Nya, Allah Ta'ala berfirman:
"Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu." (QS. Al-Baqarah: 279)

Pada ancaman ini, dinyatakan bahwa pemakan riba adalah orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana Allah juga telah mengumandangkan peperangan dengannya. Ancaman semacam ini tidak pernah ditujukan kepada pelaku dosa besar selain memakan riba yang berupaya membuat kerusakan di muka bumi. Hal ini dikarenakan masing-masing dari keduanya sedang berupaya membuat kerusakan di muka bumi.  Pemakan riba berbuat kerusakan dengan sikapnya yang enggan memudahkan kesusahan orang lain, melainkan dengan cara membebankan kepada mereka kesusahan yang lebih berat. Allah mengisytiharkan kepada pemakan riba peperangan dari-Nya dan dari RasulNya.

Fractional Reserve Banking (FRB) merupakan asas sistem kewangan dunia kini adalah tunjang kepada meluasnya amalan Riba-Kapitalis. Oleh kerana perbankan Islam di Malaysia tertakluk kepada kawalan Bank Negara di bawah Akta Bank Islam 1983, maka adalah Bank Islam juga mengamalkan dasar Riba-Kapitalis ini.

Berikutan berkuburnya perjanjian Bretton Woods pada 1971 apabila Amerika Syarikat membebaskan dollar dari bergantung kepada emas dan menjadikan dollar matawang kertas fiat sepenuhnya, nilainya hanyalah di sokong oleh janji kerajaan federal. Dari penggunaan wang kertas fiat inilah menghasilkan konsep FRB.
Fractional Reserve Banking secara mudahnya adalah pihak bank hanya perlu mengekalkan pecahan kecil sahaja duit penyimpan sebagai rezab, manakala yang selebihnya digandakan dan diberi sebagai pinjaman dan dikenakan lagi bunga (bank islam di istilahkan untung). Sebab inilah agaknya golongan Riba-Kapitalis amat menentang perlaksanaan hukum hudud yang menakutkan pencuri, kerana tanpa pencuri rakyat tidak takut untuk menyimpan di rumah dan bank-bank tidak berpeluang mencetak wang gandaan yang baru! Penciptaan matawang melalui sistem FRB ini sebenarnya mengadakan keadaan kuasa membeli atas angin yang menimbulkan ketidak adilan didalam pemilikan harta benda dan menyebabkan inflasi,seterusnya  kenaikan harga barang akan ditanggung oleh rakyat akibat kesan faedah (interest/riba) yang terbina didalam wang kertas.

Kadar pecahan (FRB) ditentukan oleh bank pusat dan istilahkan sebagai statutory reserve requirement (SRR). Di Malaysia, kadar SRR terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia untuk perbankan Islam pada 2 April 2011 adalah minimum 2% daripada jumlah simpanan. Keperluan simpanan rezab adalah nisbah simpanan yang mesti disediakan oleh pihak bank bagi keperluan pengeluaran simpanan oleh pelanggan. Di bawah system ini, simpanan wang yang asalnya RM1,000 sebagai contoh, membolehkan pihak bank meningkatkan simpanan kepada kadar maksimum RM50,000 (iaitu RM1,000 bahagi dengan kadar SRR sebanyak 2%). Penciptaan wang baharu ini yang laksanakan melalui kaedah mengadakan pinjaman sebenarnya adalah mainan perakaunan yang tidak perlu melibat duit sebenar. Inilah juga menjadi amalan dalam system perbankan islam yang mengukuhkan lagi kewangan Riba-Kapitalis ini. Ini bermakna bahawa pembiayaan bank Islam didasarkan pada wang pinjaman bank yang mereka tidak miliki samada wang tunai ataupun simpanan emas.

Inilah isu yang amat berat perlu dibincangkan dan di tangani oleh ulamak-ulamak perbankan dalam pembiayaan Islamik (dan juga dalam konsep konvensional) ialah isu yang melibatkan bagaimana duit dihasilkan oleh bank Islam. Ulamak-ulamak perbankan inilah yang menjadi barisan hadapan mempertahan dasar-dasar yang jelas menyeleweng ini, apakah mereka terlalu bijak ataupun jahil dalam asas-asas sistem kewangan. Apakah mereka mendapati habuan yang amat lumayan hingga lupa akan ancaman perang yang Allah isytiharkan terhadap perbuatan riba.

Semua bank Islam menghasilkan wang apabila mereka memberikan pinjaman atau pembiayaan. Sebagai contohnya, apabila bank Islam membiayai sebuah rumah yang berharga RM250,000, ia hanya menghasilkan wang melalui akaun semata-mata. Duit pendeposit tidak akan ditolak apabila RM250,000 itu dibayar oleh pihak bank kepada pembeli ataupun pemaju.

Sudah tentu ini akan mewujudkan inflasi.Kebanyakan inflasi dalam ekonomi disebabkan penghasilan wang secara percuma, berbanding dengan kekurangan bekalan. Inflasi pnghasilan wang baru ini akan mengakibatkan cukai ke atas orang ramai dengan merampas kuasa membeli simpanan mereka. Namun, ulama Syariah hanya mendiamkan diri, tiada berkata apa-apa tentang penghasilan wang ini. Penghasilan wang baru ini sudah tentu seperti mencuri kekayaan negara.

Jika seseorang meminjam RM1,000 pada kadar faedah 10 peratus, orang tersebut perlu memulangkan kembali sebanyak RM1,100. Kadar faedah yang dikenakan sebanyak RM100 dikatakan sebagai riba atau memakan riba yang telah ditetapkan terlebih dahulu, diperolehi tanpa mengambil apa-apa risiko. Tetapi bagaimana jika RM1,000 itu tidak menghasilkan apa-apa? Ia juga bukan menghasilkan kuasa pembeli yang percuma tanpa risiko 'negatif'? Malah, jika 10 kali ganda kadar faedah, bukankah ini dianggap sebagai riba yang hebat?

Oleh itu, menjalankan pembiayaan Islamik ini yang diberikan berbagai-bagai nama seperti Bai’ Bithaman 'Ajil, Bai’ Murabahah, Musharakah Mutanaqisah, dengan wang yang dihasilkan secara percuma oleh sistem bank ini harus dipersoalkan. Kita berharap ulamak perbankan yang bijak pandai itu perlu menjelaskan perihal yang sebenar terhadap system kewangan perbankan Islam yang di amalkan di sini kepada umat Islam atau bersedialah menghadapi perang yang diistiharkan oleh Allah dan Rasul!

Kesan Terhadap Hakmilik dari system FRB

Kesan pemilikan daripada FRB boleh dihuraikan sebagai berikut. Pertimbangkan seorang pengusaha mendekati bank dengan rancangan perniagaan, mencari pinjaman perniagaan untuk membeli tanah, bangunan, mesin dan lain-lain keperluan. Apabila lulus, bank mencipta wang baru melalui FRB dan pinjaman itu diberikan ke pengusaha dengan kadar untung tertentu. Perbankan Islam akan menggunakan  wang baru dibuat untuk membeli aset dan menjualnya kembali kepada pengusaha dengan membuat keuntungan. Implikasi adalah sebagai berikut. Pengusaha itu menggunakan pinjaman wang untuk membeli tanah, bangunan dan mesin yang dia inginkan. Dia sekarang mempunyai aset tersebut. Sekarang persoalannya adalah; Pada awalnya, baik bank maupun pengusaha, tidak memiliki aset. Bahkan bankpun pada awalnya tidak punya mempunyai wang. Tapi pengusaha dan bank menjadi pemilik asset tersebut selepas mencipta wang atas angin, melalui proses FRB. Dari perspektif ekonomi sebenar, setiap pindah milik aset, yang bukan hadiah, atau juga warisan, mestilah di beri pampasan. Jika demikian, siapa yang kemudian membayar untuk pembelian asset tersebut? Perhatikan bahawa pengenalan wang baru telah membolehkan pemilikan aset. Namun sekarang lebih banyak wang ada dalam sistem ekonomi dari sebelumnya. Inilah caranya inflasi dicipta. Akibatnya matawang kertas yang kita pegang ini sekarang sudah kurang kuasa beli kerana inflasi yang dicipta ini. Sudah tentu jumlah kuasa beli sebenar kita akan hilang dalam ekonomi bersamaan dengan nilai aset yang dipindahkan kepada pengusaha dan bank!

Oleh kerana itu inflasi merupakan fenomena kewangan, iaitu akibat pertambahan bekalan wang, secara tidak disedari ia merupakan 'cukai' terhadap ekonomi, cukai tersembunyi samada untuk orang kaya atau miskin. Sesungguhnya ia menepati istilah riba yang sebenarnya iaitu mengambil memakan harta secara bathil.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan (gunakan) harta-harta kamu sesama kamu dengan jalan yang salah (tipu, judi dan sebagainya), kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan secara suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu berbunuh-bunuhan sesama sendiri. Sesungguhnya Allah sentiasa Mengasihani kamu." (An-Nisaa' 4:29)

Dari perspektif Islam, apakah itu dibenarkan bahawa bank mengambil pemilikan aset seseorang dan meminjamkan kembali kepada seseorang lain untuk tujuan perusahaan atau kegunaan, setiap kali adanya seseorang memerlukan aset tersebut? Misalnya, ketika seseorang perlu rumah,bank mencipta wang baru dan menggunakannya untuk memiliki rumah tersebut dan pinjaman itu kepada diberikan kepada pelanggan dengan dikenakan bunga atau pengambilan untung dalam kes pembiayaan Islam? Ini jelas melanggar prinsip-prinsip pemilikan dalam Islam. Ini adalah sama dengan mencuri, iaitu mengambil pemilikan aset milik orang lain tanpa pengetahuan dan kebenaran mereka. Ia bahkan dapat disebut sebagai lebih buruk daripada mencuri kerana Dalam kecurian, pencuri mengambil risiko ditangkap dan dihukum. Namun, di bawah system perbankan kecurian dilakukan di dalam undang-undang dan kerananya FRB boleh disebut sebagai ‘pencuri yang di lindungi undang-undang’. Unsur-unsur riba amatlah nyata kerana itu adalah kuasa beli dicipta atas angin, tanpa sebarang pekerjaan atau tidak menanggung sebarang risiko. Jelas amat bertentangan dengan Al-Quran ayat Al Baqarah bahawa umat Islam diperintah untuk tidak memakan harta orang lain dengan tipu-daya.
"Dan janganlah kamu makan (atau mengambil) harta (orang-orang lain) di antara kamu dengan jalan yang salah, dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah) kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian dari harta manusia dengan (berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (salahnya)." (Al-Baqarah 2:188)

Perbankan Islam Tidak Ambil Risiko Menanggung Kerugian

Ditinjau dari tujuannya, berbagai transaksi yang dilakukan oleh manusia dapat kita bagi menjadi tiga bahagian:
Transaksi yang bertujuan untuk mencari keuntungan seperti jual beli, sewa-menyewa, mudharabah dan lain-lain.
Transaksi yang bertujuan memberikan pertolongan dan meringankan kesusahan orang lain seperti hutang-piutang, peminjaman barang, berniaga, hibah dan lain-lain.
Transaksi yang bertujuan memberikan jaminan kepada pihak lain bahwa haknya tidak akan hilang seperti gadaian, jaminan dan lain-lain.
Akad jenis kedua, biasanya terjadi antara orang yang sedang dalam kesusahan sehingga ia perlukan pertolongan orang lain yang mempunyai harta benda atau lainnya. Pada keadaan seperti ini, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak menangguk dalam air keruh. Bahkan bukan sekadar melarang, Islam juga menganjurkan umatnya untuk memberi bantuan kepada orang yang memerlukan.

Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda,
"Dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama ia menolong saudaranya.”

Dalam hal berhutang, Allah Ta'ala berfirman:
 "Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 280)

Ibnu Taimiyyah berkata,
"Pada asalnya tidaklah ada orang yang sudi untuk bertransaksi dengan cara riba, selain orang yang sedang dalam kesusahan. Jika tidak, seseorang yang telah senang tidak rela untuk membeli barang harga 1000 dengan harga 1200 secara hutang, bila ia memang tidak memerlukan wang 1000 tersebut. Orang yang rela untuk membeli barang dengan harga yang melebihi harga semestinya orang yang dalam kesusahan. Sehingga perbezaan antara harga tunai dan harga kredit adalah kezaliman kepada orang yang sedang mengalami kesusahan... Dan Riba benar-benar terwujud padanya akibat kezaliman kepada orang yang sedang kesusahan. Sebab itulah, riba sebagai lawan dari sedekah.

Allah tidaklah membebaskan orang-orang kaya, sehingga mereka menolong orang-orang fakir karena itulah kemaslahatan orang kaya dan juga fakir dalam urusan agama. Dengan alasan yang sangat mulia ini, syariat Islam mengharamkan setiap keuntungan yang didapati dari pinjaman hutang, dan menyebutnya sebagai riba. Oleh karenanya para ulama menegaskan hal ini dalam sebuah kaidah yang sangat masyhur dalam ilmu fiqih, yaitu:
“Setiap piutang yang mendatangkan kemanfaatan/keuntungan, maka itu adalah riba.”
Imam Asy-Syairazi asy-Syafi'i berkata, "Tidak dibenarkan setiap pinjaman hutang yang mendatangkan manfaat/keuntungan. Misalnya ia menghutangi orang lain 1000 (dinar), dengan syarat  penghutang menjual rumahnya kepada pemberi hutang, atau mengembalikannya dengan kepingan dinar yang lebih baik atau lebih banyak, atau menuliskan surat jaminan sehingga ia diuntungkan dalam wujud rasa aman selama di perjalanan.

Diriwayatkan dari sahabat Ubay bin Ka'ab, Ibnu Mas'ud dan Ibnu 'Abbas r.a bahawa mereka semua melarang setiap hutang yang mendatangkan manfaat karena hutang adalah suatu akad yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, sehingga bila pemberi hutang mensyaratkan suatu manfaat, maka akad hutang telah keluar dari tujuan utamanya."

Muhammad Nawawi al-Bantaani berkata, "Tidak dibenarkan untuk berhutang wang atau lainnya bila disertai persyaratan yang mendatangkan keuntungan bagi pemberi hutang misalnya dengan syarat, pembayaran lebih atau dengan barang yang lebih bagus dari yang dihutangi. Hal ini berdasarkan ucapan sahabat Fudhalah bin 'Ubaid r.a:
“Setiap hutang yang mendatangkan kemanfaatan maka itu adalah riba.”
Maksudnya setiap piutang yang dipersyaratkan padanya suatu hal yang akan mendatangkan kemanfaatan bagi pemberi piutang maka itu adalah riba. Bila ada orang yang melakukan hal itu, maka akad hutang-piutangnya batal, bila persyaratan itu terjadi pada saat akad berlangsung."
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap keuntungan dalam hutang piutang, baik berupa materi atau jasa atau yang lainnya adalah haram, karena itu semua adalah
riba. Bukan hanya mengharamkan riba, Islam juga membuka pintu-pintu kebaikan dan amal shalih, yaitu dengan menganjurkan umatnya untuk menunda atau memaafkan haknya,


Allah Ta'ala berfirman:
"Dan bila orangyang berhutang itu dalam kesusahan maka berilah tangguh sampai di berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS.Al-Baqarah: 280)

Untuk sedikit mengetahui betapa besarnya pahala yang akan didapatkan oleh orang yang memberikan pertolongan kepada orang yang sedang kesusahan, maka saya mengajak pembaca untuk kembali merenungkan kisah berikut:
Sahabat Hudzaifah r.a menuturkan: Rasulullah s.a.w bersabda, "(Pada hari kiamat kelak) Allah mendatangkan salah seorang hamba-Nya yang pernah Dia beri harta kekayaan, kemudian Allah bertanya kepadanya, Apa yang engkau lakukan ketika di dunia? (Dan mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah suatu kejadian) Ia pun menjawab, Wahai Rabbku, Engkau telah mengaruniakan kepadaku harta kekayaan, dan aku berjual beli dengan orang lain, dan kebiasaanku (akhlaqku) adalah senantiasa memudahkan, aku meringankan (tagihan) orang yang mampu dan menunda (tagihan kepada) orang yang tidak mampu, Kemudian Allah berfirman, 'Aku lebih berhak untuk melakukan ini daripada engkau, mudahkanlah hamba-Ku ini."  (Muttafaqun 'alaih)

Betapa indahnya syariat Islam dan betapa mulianya akhlaq seseorang yang benar-benar mengamalkan ajaran agama Allah. Jika beranjak dari hati yang jernih dan obyektif kita mau merenungkan syariat Islam yang berkaitan dengan hutang piutang ini, niscaya kita akan sampai pada keyakinan bahwa syariat ini adalah syariat yang benar-benar datang dari Allah Ta'ala.

Setelah meneliti beberapa hadis Rasulullah s.a.w dan pandangan ulamak-ulamak yang muktabar apakah kaedah perbankan Islam memenuhi kehendak syariat Islam yang di anjurkan oleh Rasulullah s.a.w atau untuk memberikan pertolongan kepada orang yang susah untuk mematuhi perintah Allah didalam al quran? Setakat ini peranan bank Islam adalah jelas mengaut keuntungan semata-mata meneruskan dasar Riba-Kapitalis. Hal ini adalah kerana perbankan Islam tidak akan menanggung sebarang risiko kerugian seperti termaktub didalam perjanjian dengan peminjam. Bila peminjam mengalami kerugian, walaupun tanpa disengaja, niscaya kita dapati perbankan segera menghantar surat tuntutan untuk mengambil tindakan mahkamah, untuk mendapatkan kembali keseluruhan modal yang dikeluarkan berserta dengan tambahan bunga tanpa kurang walau sedikit, bahkan pasti pula di tambah dengan berbagai-bagai yuran kononnya bayaran pentadbiran. Hal ini menjadi indikasi bahwa akad antara perbankan dengan peminjamnya sebagai pengusaha bukanlah mudharabah akan tetapi hutang-piutang berunsur riba walaupun di hias dengan berbagai-bagai istilah. Para ulama dari berbagai mazhab telah menegaskan bahwa pemilik modal tidak dibenarkan untuk mensyaratkan agar pengusaha memberikan jaminan seluruh atau sebahagian modalnya. Sehingga apa yang diterapkan pada perbankan Islam, iaitu mewajibkan atas pengusaha untuk mengembalikan seluruh modal bila terjadi kerugian adalah persyaratan yang bathil.

Kesimpulan

Kita sama-sama menyeru kepada golongan bijak pandai didalam kewangan Islam supaya menjelaskan perkara yang sebenarnya kepada umat Islam tentang perbankan Islam setakat ini yang mengamalkan system FRB untuk mengembangkan dana mereka yang jelas merupakan tunjang kepada Riba-Kapitalis. Ulamak-ulamak perbankan ini sepatutnya malu kepada Yahudi kerana mereka mengesahkan kaedah kapitalis ini keatas umat Islam, sekurang-kurangnya Yahudi mengharamkan transaksi riba sesama mereka tapi selain Yahudi mereka jalankan dengan penuh tipu daya. Perbankan Islam menguar-uarkan berbagai instrument padahal kaedah asas perbankan sama-sekali tidak berubah dari system Riba-Kapitalis.

Rujukan

1.    Dr Muhammad Arifin Badri; Riba & Tinjauan Kritis Perbankan Syariah
2.    Ahamed Kameel M.M, Moussa L; Ownership Effects Of FRB An Islamic Perspective
3.    Tarek El Diwany, Islamic Banking Isn’t Islamic (www.islamic-finance.com)
4.    Andrew Carrington Hitchcock, The Synagogue of Satan (http://www.iamthewitness.com)
5.    BNM/RH/GL 007-1.- Islamic Banking and Takaful Department. Statutory Reserve Requirement (http://www.bnm.gov.my/guidelines/01_banking/04_prudential_stds/01_statutory_20090701.pdf)

Awas! Dajjal Menguasai Bekalan Makanan

Tipu daya Dajjal tidak dapat dilihat dan difahami dengan pandangan mata kasar tetapi menerusi kajian terperinci. Para alim ulamak sepatutnya berganding bahu dengan golongan yang pakar dalam bidang ekonomi barat bagi membongkar kegiatan mereka dan memperkuatkan umat Islam dengan kembali kepada hukum asal yang di wahyukan oleh Allah menerusi Rasulullah.

Rasulullah telah mengingatkan umat Islam dengan jelas bagaimana tipu daya yang mereka jalankan bagi tujuan memalingkan kita dari Islam yang sebenar.

Diriwayatkan daripada al-Mughirah bin Syu'bah r.a katanya: Tiada seorang pun yang bertanya kepada Nabi s.a.w tentang Dajjal lebih banyak daripada apa yang aku tanya. Rasulullah s.a.w bersabda: Apakah yang menyusahkan kamu. Dia tidak boleh memberi sebarang kemudaratan kepada kamu. Aku berkata: Wahai Rasulullah! Mereka berkata, dia (Dajjal) mempunyai makanan dan sungai. Nabi bersabda lagi: Dia merupakan makhluk yang paling hina kerana boleh menipu para mukmin dengan nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya. (Hadis Muslim)

Mughirah b. Syu'ba melaporkan: Tiada seorang pun yang bertanya kepada Nabi s.a.w tentang Dajjal lebih banyak daripada apa yang aku tanya. Aku (salah satu perawi selain Mughirah b. Shu'bah) berkata: Apa yang kamu telah bertanya? Mughira menjawab: Aku berkata bahawa mereka mengatakan bahawa dia (Dajjal) mempunyai roti yang menggunung dan daging kambing dan sungai daripada air. Nabi bersabda lagi: Dia merupakan makhluk yang paling hina kerana boleh menipu para mukmin dengan nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya. (Hadis Muslim)

Pesan Orang Tua Jangan Bermain Dengan Makanan Besar Maknanya

Waktu kita kecil dulu kalau kita masih ingat, orang-orang tua amat marah kalau kita bermain dengan makanan kerana itu di sukai syaitan, rupanya amatlah benar rupanya makanan merupakan permainan yang paling besar oleh syaitan dajjal bagi memperdaya umat manusia.

Masa dulu perdagangan makanan tidak dianggap perniagaan menguntungkan kerana sifatnya cepat rosak dan tidak boleh disimpan lama. Tapi itu berubah dengan perkembangan ETFs (Exchange Traded Fund) dan inovasi kewangan yang lain. Pada mulanya spekulasi makanan di pasaran hadapan nampaknya baik, bila kontrak  akan berakhir, seseorang akan membeli barangan secara serta-merta atau harga tunai. Hal ini memaksa harga pasaran hadapan lebih menarik dan penentuan penentuan penyelarasan harga semasa yang lebih realistik. Tapi itu berubah pada tahun 1991. Dalam Julai 2010 lapuran di Harper's Magazine mendedahkan “The Food Bubble: How Wall Street Starved Millions and Got Away with It,”

Frederick Kaufman menulis:

Tanpa kita sedari pada tahun 1991, berlaku peristiwa penting yang merubah sejarah makanan tidak seperti yang kita ketahui selama ini, apabila pada tahun itu Goldman Sachs memutuskan roti kita sehari-hari merupakan pelaburan yang sangat baik. . . .

Siapakah Goldman Sachs? Beliau merupakan salah seorang pemilik konsortium 8 buah bank yang membentuk Federal Reserve Bank Amerika, yang diketuai oleh kumpulan Rothschild. Gabungan kedua-dua individu ini merupakan penyagak ekonomi dan dipercayai mendalangi kumpulan rahsia Illuminati yang diketahui umum merupakan agen dajjal. Buat pertama kali juga pada 9 december 2009, kerajaan Malaysia melalui Malaysian Securities Comission (MSC) telah meluluskan lesen untuk Goldman Sachs membuka pejabat di sini dan menawarkan perkhidmatan onshore fund management services, sebelum ini mereka beroperasi melalui negara asing. Kita bimbang akibat mainan penyangak ekonomi ini seperti yang berlaku di Greece akan terjadi pula di negara kita.

Penyangak-penyangak ekonomi ini atas nama industrialist, broker-broker emas, dan pelabur-pelabur kewangan setiap bidang sudah lama mengidamkan untuk mengawal keperluan asasi orang ramai, kemudian menahan bekalan untuk menaikan harga seperti yang biasa berlaku dinegara kita sendiri. Selepas di katakan kekurangan bekalan seperti ayam, tepung, gula, diesel, dsbnya maka diiystiharkan kenaikan harga. Tapi selepas kenaikan harga itu, dengan serta-merta bekalan mencukupi. Inilah mainan golongan riba-kapitalis yang memegang kepentingan didalam negara.

Allah telah memberi amaran kepada orang-orang beriman tentang tipu-daya mereka dengan tujuan menyesatkan dari jalan Allah;

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak di antara pendita-pendita dan ahli-ahli agama (Yahudi dan Nasrani) memakan harta orang ramai dengan cara yang salah, dan mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah (agama Islam). Dan (ingatlah) orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak membelanjakannya pada jalan Allah, maka khabarkanlah kepada mereka dengan (balasan) azab seksa yang tidak terperi sakitnya. (At-Taubah 9:34)

Tetapi bagi golongan dajjal imperialis inilah inovasi kewangan! Seperti di jelaskan lagi oleh Kaufman,
Goldman. . . datang dengan idea indeks dana komoditi (commodity index fund), sebenarnya inilah cara mereka mengumpul kekayaan menggunung (umat Islam telah diberitahu melalui hadis diatas!) untuk diri mereka sendiri. . . . sepatutnya jual dan beli, seperti amalan biasa semua orang di pasaran, mereka hanya buat oder untuk beli. Ini disebut "going long." Mulalah mereka “going long” untuk pasaran hadapan gandum. . . . Dan setiap kali kontrak ini hampir tamat tempoh, mereka akan melakukan sesuatu yang disebut "rolling it over" untuk kontrak seterusnya. . . . Dan mereka terus mengulangi kaedah tersebut dengan beli dan beli dan beli dan beli dan mengumpulkan hingga menimbun-nimbun dan menggunung untuk belian gandum dipasaran hadapan dalam jumlah yang tidak pernah berlaku selama ini dalam sejarah. Dan penimbunan ini mencipta sebuah fenomena yang sangat aneh di pasaran. Ini disebut "demand shock." Biasanya harga naik kerana kekurangan bekalan . .. . Dalam hal ini, Goldman dan beserta bank-bank riba-kapitalis mengada-adakan permintaan bukan berdasarkan permintaan pasaran sebenarnya untuk keperluan membeli gandum, dan seterusnya menetapkan harga lebih tinggi dari sebenarnya. . . .  gandum merah (mutu tinggi untuk roti) umumnya diperdagangkan antara $ 3 dan $ 6 per bushel. Ia naik hingga $ 12, lalu $ 15, lalu $18. Kemudian mencecah $ 20. Dan pada 25 Februari 2008, pasaran hadapan gandum merah berada sekitar $ 25 per bushel. . . . tetapi ironinya di sini pada tahun 2008, pengeluaran gandum dihasilkan adalah terbesar dalam sejarah dunia.

Kedajalan mereka seterusnya. . .  pada waktu itu Goldman dan serta bank-bank riba-kapitalis benar-benar mencelarukan struktur dalam pasaran, mereka mencipta satu sistem melindungi diri mereka di luar pasaran, memperkenal idea yang sangat jahat disebut "replikasi". . . . Katakanlah,. . . Anda lantik saya melabur untuk anda di pasaran gandum. Anda memberi saya $100. . . . apa saya perlu lakukan adalah meletakkan $100 di pasaran gandum. Tapi saya tidak perlu melakukan itu. Yang perlu hanyalah sebanyak $ 5 sahaja. . . Dan dengan $ 5 itu, saya boleh memegang kedudukan $100 anda. Nah, sekarang saya sekarang memiliki $ 95 anda. . . . inilah Goldman lakukan dengan beratus-ratus bilion dolar, dan apa yang dilakukan juga oleh semua bank riba-kapitalis dengan beratus-ratus bilion dolar, mereka telah menempatkan pelaburan yang paling konservatif mungkin. Mereka memasukkannya ke dalam T-bil. . . . dengani beratus-ratus bilion dolar di T-bil, mereka dapat mengembangkan menjadi triliunan dolar. . . . Dan kemudian mereka mengambil trilion dolar, mereka memberikannya kepada peniaga bawahan mereka, dan mereka berkata, "Kamu semua buatlah apa yang patut.. Lakukan apa yang paling menguntungkan saat ini" Maka, ketika berbilion-bilion orang kelaparan, mereka menggunakan wang itu untuk membuat berbilion-bilion dolar untuk diri mereka sendiri.

Para penyelidik bersependapat tentang perkara yang menyebabkan krisis makanan. Dalam sebuah rencana 2010 Julai disebut “How Goldman Sachs Gambled on Starving the World’s Poor – And Won,”

Wartawan Johann Hari menjelaskan;      
Bermula pada akhir tahun 2006, harga makanan dunia mulai naik. Setahun kemudian, harga gandum telah naik 80 peratus, jagung sebanyak 90 peratus dan beras sebanyak 320 peratus. Rusuhan makanan berlaku di lebih daripada 30 negara, dan 200 juta orang menghadapi kekurangan zat dan kelaparan. Tiba-tiba, pada pertengahan tahun 2008, harga makanan turun ke paras sebelum ini, semacam silap mata pula. Jean Ziegler, wakil khas PBB tentang Right to Food, menyebut ini adalah a silent mass murder", entirely due to "man-made actions.”

Beberapa ahli ekonomi mengatakan, kenaikan disebabkan oleh peningkatan permintaan oleh China dan India pertambahan mendadak penduduk kelas menengah dan berkembangnya pada penggunaan jagung untuk etanol. Namun menurut Profesor Jayati Ghosh dari Pusat Pengajian Ekonomi di New Delhi, permintaan dari negara-negara tersebut sebenarnya turun 3 peratus selama tempoh tersebut; dan International Grain Council menyatakan bahawa pengeluaran gandum global telah meningkat tatkala berlaku lonjakan harga.

Menurut sebuah kajian oleh Lehman Brothers (sekarang ini bubar – setelah banyak meragut hasil dunia), indeks spekulasi dana makanan melonjak dari $ 13b menjadi $ 260b dari tahun 2003-2008. Tidak menghairankan, kenaikannya sejajar dengan peingkatan harga makanan bermula pada tahun 2003. Hedge fund manager Michael Masters menganggarkan bahawa urusniaga di bursa di AS, hanya 64 peratus daripada semua kontrak gandum adalah spekulasi tanpa langsung melibatkan dagangan gandum sebenar. Mereka miliki pegangan itu semata-mata jangkaan inflasi harga dan menjual semula dengan berganda.

Pada Ogos 2009 Jayati Ghosh seorang profesor di Pusat Pengajian Ekonomi dan Perancangan di Jawaharlal Nehru University di New Dehli membentangkan dalam kertasnya , membandingkan harga makanan asasi tersenarai di pasaran berjangka dengan yang tidak tersenarai. Dia mendapati bahawa harga makanan asasi tidak tersenarai dalam pasaran berjangka, seperti bijian, ubi kayu dan kentang, mengalami hanya kenaikan kecil tidaklah sebanyak makanan asasi yang bergantung kepada spekulasi, seperti gandum.


Apa Yang Boleh Kita Dilakukan?

Menurut Kaufman, krisis makanan kini meningkatkan mangsa kelaparan seluruh dunia sebanyak 250 juta orang. Sebagai alternatif, beliau menyarankan pusat simapnan gandum kebangsaan atau seluruh dunia, sehingga pihak berkuasa boleh membawa gandum ke pasar ketika diperlukan untuk menstabilkan harga. Penyelesaian jangka panjang ialah membina semula pasaran tanpa melalui orang tengah.


Penyelesaian bagi umat islam ialah kembali kepada hukum asal zakat.

Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri r.a katanya: Kami biasanya mengeluarkan zakat fitrah sebanyak satu gantang makanan, satu gantang gandum, satu gantang kurma, satu gantang keju atau satu gantang zabib iaitu anggur kering. (Hadis Muslim)

Firman Allah s.w.t dalam quran;
Wahai orang-orang yang beriman! Belanjakanlah (pada jalan Allah) sebahagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu sengaja memilih yang buruk daripadanya (lalu kamu dermakan atau kamu jadikan pemberian zakat), padahal kamu sendiri tidak sekali-kali akan mengambil yang buruk itu (kalau diberikan kepada kamu), kecuali dengan memejamkan mata padanya. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi sentiasa Terpuji. (Al-Baqarah 2:267)

Rasulullah s.a.w merupakan seorang rasul yang menerima wahyu dari Allah sudah mendapat gambaran yang jelas peristiwa-peristiwa yang akan berlaku terutamanya pada akhir zaman.Mengikut hukum asal, zakat wajar dikeluarkan berdasarkan harta zakat itu sendiri. Misalnya, jika buah tamar maka zakatnya adalah buah tamar, jika padi maka zakatnya adalah padi dan jika biri-biri maka zakatnya adalah biri-biri. Tetapi mengikut ulamak fikah masakini yang membolehkan agar harta tersebut ditukar nilainya ke dalam matawang dan zakat dikeluarkan berdasarkan nilai matawang. Namun begitu berdasarkan realiti semasa, adalah wajar pandangan ini dinilai semula dan kembali kepada hukum asal zakat di sebabkan keperluan strategik bahan bekalan asasi umat islam. Tambahan lagi mata wang kertas fiat yang di guna pakai kini telah terserlah kelemahannya kerana di manupulasi oleh zionist-dajjal bagi kepentingan mereka. Mereka makhluk yang paling licik tipudayanya sehingga sesiapa tidak mengikut sistem yang mereka cipta kelihatan amat ketinggalan dan mundur. Sebenarnya nilai wang ataupun pendapatan transaksi yang kita dapat hanyalah fatamorgana sahaja, yang nilainya boleh dihilangkan dalam sekelip mata dan bahan mentah sebenar yang paling baik mutunya diserahkan kepada mereka untuk dimiliki dan dimonopoli sepenuhnya oleh mereka tanpa perlu membanting tulang, dan pemilikan bahan mentah ini digunakan sebagai senjata strategik mereka berpaksikan sepenuh-penuhnya sistem riba-kapitalis. Mereka menentukan kepada siapa yang boleh dijual iaitu kepada sesiapa yang mengikut telunjuk mereka. Dan mereka akan sekat perdagangan dan bekalan makanan kepada sesiapa yang menentang menggunakan usul PBB.

Waspada 7 Ciri Pemimpin Akhir Zaman

Dari Tsauban ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “ Sesungguhnya yang paling aku takuti dari umatku adalah para pemimpin yang sesat. Jika meletakkan pedang pada umatku, ia tidak akan mengangkatnya sampai hari kiamat.” (HR Abu daud dan Ibnu Majah)

سنن ابن ماجه ٤٠٢٦: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Qudamah Al Jumahi dari Ishaq bin Abu Furat dari Al Maqburi dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (Sunan Ibnu Majah)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda , “ Bagaimana denganmu jika kamu berada di tengah kekacauan, janji-janji dan amanat mereka abaikan, kemudian mereka berselisih seperti ini ?” Lalu, beliau menyilangkan antara jari jari. Abdullah bin Amr bertanya,” Lalu , dengan apa engkau menyuruhku?” Beliau menjawab, “Jagalah rumah, keluargamu, lidahmu, dan lakukanlah apa yang kamu tahu dan tinggalkan yang mungkar, serta berhati hatilah dengan urusanmu sendiri, lalu tinggalkanlah perkara yang umum “ (HR Abu Daud dan Nasa’i)

Dari Hudzaifah bin al Yaman ra bertanya, “ Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan akan datang kejahatan?” Beliau menjawab, “ Ya, banyak penyeru yang mengajak ke pintu jahanam, maka, barangsiapa yang mengijabahnya (mengikutinya), mereka akan dilemparkan ke dalamnya.” Aku bertanya,”Sifatkanlah mereka itu kepada kita.” Beliau SAW berkata,”Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan bahasa kita,” Aku berkata,”Lalu, kau suruh apa ketika aku melihatnya?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Lazimilah (berpeganglah) pada jamaah muslimun dan imam mereka.” Aku berkata,” Jika tidak ada jamaah dan Imam?” Rasulullah ﷺ menjawab,” Jauhilah semua kelompok itu meskipun akar pohon melilitmu hingga maut menjemputmu, dan engkau tetap seperti itu.” (HR Muslim)

Dari Abu Dzar ra, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,” Wahai Abu Dzar, bagaimana kamu jika berada dalam kekacauan?” Lalu beliau SAW menyilangkan  jari jarinya. Abu Dzar berkata, “ Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku, ya Rasulullah?” beliau menjawab,”Bersabarlah ! bersabarlah ! manusia akan berpura pura dengan akhlak dan perbuatan mereka.” (HR Hakim dan Baihaqi)

Terdapat banyak hadith-hadith yang memperingatkan umat Islam tentang munculnya pemimpin-pemimpin dan gerakan-gerakan yang menyesatkan umat Islam. Menjadi kewajipan  kita untuk meneliti ciri-ciri pemimpin dan gerakan yang dibawanya supaya kita tidak terjebak didalam gerakan tersebut hingga merosakan amalan kita.

1. Para pemimpin sesat:

 Dari Aus yang berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنِّي لاَ أَخَافُ عَلىَ أُمَّتيِ إِلاَّ الأَئِمَّةَ المُضَلِّينَ»

“Aku tidak takut (ujian yang akan menimpa) pada umatku, kecuali (ujian) para pemimpin sesat.” (HR. Ibnu Hibban). Sufyan as-Tsauri menggambarkan mereka dengan mengatakan: “Tidaklah kalian menjumpai para pemimpin sesat, kecuali kalian mengingkari mereka dengan hati, agar amal kalian tidak sia-sia.”

2. Para pemimpin bodoh:

 Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah ﷺ berkata kepada Ka’ab bin Ajzah:
«أَعَاذَكَ اللهَ مِنْ إمَارَةِ السُّفَهَاءِ »

“Aku memohon perlindungan untukmu kepada Allah dari kepemimpinan orang-orang bodoh.” (HR. Ahmad). Dalam hadits riwayat Ahmad dikatakan bahwa pemimpin bodoh adalah pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah ﷺ . Yakni pemimpin yang tidak menerapkan syariah Islam.

3. Para pemimpin penolak kebenaran, penyeru kemungkaran.

 Dari Ubadah bin Shamit berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يَأْمُرُونَكُمْ بِمَا لاَ تَعْرِفُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا تُنْكِرُونَ فَلَيْسَ لاِؤلَئِكَ عَلَيْكُمْ طَاعَةٌ»

“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang memerintah kalian dengan hukum yang tidak kalian ketahui (imani). Sebaliknya, mereka melakukan apa yang kalian ingkari. Sehingga terhadap mereka ini tidak ada kewajiban bagi kalian untuk menaatinya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)

4. Para penguasa yang memerintah dengan mengancam kehidupan dan mata pencaharian.

 Dari Abu Hisyam as-Silmi berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ يَمْلِكُوْنَ رِقَابَكُمْ وَيُحَدِّثُوْنَكُمْ فَيَكْذِبُونَ، وَيَعْمَلُوْنَ فَيُسِيؤُونَ، لا يَرْضَوْنَ مِنْكُمْ حَتَّى تُحَسِّنُوا قَبِيْحَهُمْ وَتُصَدِّقُوْا كَذِبَهُمْ، اعْطُوْهُمُ الحَقَّ مَا رَضُوا بِهِ»

“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang mengancam kehidupan kalian. Mereka berbicara (benjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari (janjinya). Mereka melakukan pekerjaan, lalu pekerjaan mereka itu sangat buruk. Mereka tidak senang dengan kalian hingga kalian menilai baik (memuji) keburukan mereka, dan kalian membenarkan kebohongan mereka, serta kalian memberi pada mereka hak yang mereka senangi.” (HR. Thabrani).

5. Para pemimpin yang mengangkat pembantu orang-orang jahat, dan mengakhirkan shalat(mengabaikan syariah).

 Dari Abu Hurairah ra yang berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
« يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أُمَرَاءُ ظَلَمَةٌ، وَوُزَرَاءُ فَسَقَةٌ، وَقُضَاةٌ خَوَنَةٌ، وَفُقَهَاءُ كَذَبَةٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ مِنْكُمْ ذَلِكَ الزَّمَنَ فَلا يَكُونَنَّ لَهُمْ جَابِيًا وَلا عَرِيفًا وَلا شُرْطِيًّا»

“Akan ada di akhir zaman para penguasa sewenang-wenang, para pembantu (pejabat pemerintah) fasik, para hakim pengkhianat, dan para ahli hukum Islam (fuqaha’) pendusta. Sehingga, siapa saja di antara kalian yang mendapati zaman itu, maka sungguh kalian jangan menjadi pemungut cukai, pegawai kanan, dan polis.” (HR. Thabrani).

Ada riwayat lain seperti hadith di atas dengan matan yang sedikit berbeza:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالا : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيَأْتِيَنَّ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يُقَرِّبُونَ شِرَارَ النَّاسِ ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلا يَكُونَنَّ عَرِيفًا ، وَلا شُرْطِيًا ، وَلا جَابِيًا ، وَلا خَازِنًا

Daripada Abu Sa'id dan Abu Hurairah mereka berdua berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

Akan datang atas kalian pemerintah yang rapat dengan seburuk-buruk manusia dan melewat-lewatkan solat (sehingga terkeluar) daripada waktunya. Maka barangsiapa antara kalian yang menemui keadaan ini janganlah menjadi pegawai kanan, jangan polis, jangan pemungut cukai dan jangan (pula menjadi) bendahari." Ibn Hibban dalam Sahih-nya (4586).

 6. Para pemimpin diktator (kejam).

 Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ شَرَّ الوُلاَةِ الحُطَمَةُ»

“Sesungguhnya seburuk-buruknya para penguasa adalah penguasa al-huthamah (diktator).” (HR. Al-Bazzar). Pemimpin al-huthamah (diktator) adalah pemimpin yang menggunakan politik tangan besi terhadap rakyatnya.

 Dari Abu Layla al-Asy’ari bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«وسَيَلي أُمَرَاءُ إنْ اسْتُرْحِمُوا لَمْ يَرْحَمُوا، وإنْ سُئِلُوا الحَقَّ لَمْ يُعْطُوا، وإِنْ أُمِرُوا بالمَعْرُوفِ أَنْكَرُوا، وسَتَخَافُوْنَهُمْ وَيَتَفَرَّقَ مَلأُكُمْ حَتى لاَ يَحْمِلُوكُمْ عَلى شَيءٍ إِلاَّ احْتُمِلْتُمْ عَلَيْهِ طَوْعاً وَكَرْهاً، ادْنَى الحَقِّ أَنْ لاَ تٌّاخُذُوا لَهُمْ عَطَاءً ولا تَحْضُروا لَهُمْ في المًّلاَ»

“Dan berikutnya adalah para pemimpin jika mereka diminta untuk mengasihani (rakyat), mereka tidak mengasihani; jika mereka diminta untuk menunaikan hak (rakyat), mereka tidak memberikannya; dan jika mereka disuruh berlaku baik (adil), mereka menolak. Mereka akan membuat hidup kalian dalam ketakutan; dan memecah-belah tokoh-tokoh kalian. Sehingga mereka tidak membebani kalian dengan suatu beban, kecuali mereka membebani kalian dengan paksa, baik kalian suka atau tidak. Serendah-rendahnya hak kalian, adalah kalian tidak mengambil pemberian mereka, dan tidak kalian tidak menghadiri pertemuan mereka.” (HR. Thabrani).

7. Para penguasa zindik (pura-pura iman).

 Dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَنْ تَنَالَهُمَا شَفَاعَتِي: إِمَامٌ ظَلُومٌ، وَكُلُّ غَالٍ مَارِقٍ»

“Dua golongan umatku yang keduanya tidak akan pernah mendapatkan syafa’atku: pemimpin yang bertindak zalim, dan orang yang berlebihan dalam beragama hingga sesat dari agama.” (HR. Thabrani).

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Akan datang kepada masyarakat tahun-tahun yang penuh tipuan. Pada tahun-tahun itu pembohong dipandang benar, yang benar dianggap bohong; pada tahun-tahun tersebut pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang yang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu yang berbicara adalah ruwaibidhah.” Lalu ada sahabat bertanya, “Apakah ruwaibidhah itu?” Rasulullah menjawab, “Orang bodoh yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik.” (Dalam riwayat lain disebutkan, ruwaibidhah itu adalah “orang fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik” dan “al-umara [pemerintah] fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik”) (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Ya’la dan al-Bazzar).

Perang Di Sekitar Sungai Furat Kerana Merebut Kekayaan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ - يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيَّ - عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي... أَنْجُو " .
)كتاب الفتن وأشراط الساعة, باب لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ,٢٨٩٤, صحيح مسلم (

Maksudnya:
Qutaibah bin Said telah menceritakan kepada kami, Ya’qub iaitu Ibn Abd al-Rahman al-Qari telah menceritakan kepada kami, daripada Suhail daripada bapanya daripada Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak berlaku hari kiamat sehingga Sungai Furat (Sungai Euphrates, iaitu sebuah sungai yang terdapat di Iraq) menjadi surut airnya sehingga kelihatan sebuah gunung emas. Banyak orang yang terbunuh kerana berebut mendapatkannya. Maka terbunuhlah sembilan puluh sembilan dari seratus orang yang berperang. Dan masing-masing yang terlibat berkata. ‘Mudah-mudahan akulah orang yang selamat itu’.”(HR Muslim)

Keterangan Hadith:
Hadis ini jelas sekali menerangkan kepada kita, di negara Iraq dan sekitarnya akan tersebar peperangan yang disebabkan merebut harta kekayaan yang terdapat di tempat tersebut, banyak yang menjadi korban dan semua yang terlibat bercita-cita hanya dia akan terselamat dari bala tersebut.

Pengajaran Hadith:
1. Mendidik hati agar tidak taksub kepada harta dunia dan sentiasa berdoa agar dihindari daripada fitnah harta.
2. Perpada-pada dalam mencari harta di dunia, ia perlu diseimbangkan dengan amalan ibadah kepada Allah sebagai bekalan di Akhirat.

Rujukan:
Imam al-Hafiz Abi Husain Muslim bin al-Hajjaj. Sahih Muslim. Baitul Afqar Dauliyyah: Riyadh. Kitab 52. Bab 8. No. Hadith 2894. Halaman: 1160.
Abu Ali al-Banjari An-Nadwi. 40 Hadith Peristiwa Akhir Zaman. 2000. Khazanah Banjariah : Kedah. Halaman 69-70.

Orang Yang Tidak Suka Untuk Meningkatkan Bilangan Fitnah Dan Kezaliman

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ وَغَيْرُهُ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو الأَسْوَدِ. وَقَالَ اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الأَسْوَدِ قَالَ : قُطِعَ عَلَى أَهْلِ الْمَدِينَةِ بَعْثٌ فَاكْتُتِبْتُ فِيهِ فَلَقِيتُ عِكْرِمَةَ فَأَخْبَرْتُهُ فَنَهَانِي أَشَدَّ النَّهْىِ ثُمَّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ أُنَاسًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ كَانُوا مَعَ الْمُشْرِكِينَ يُكَثِّرُونَ سَوَادَ الْمُشْرِكِينَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَيَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى فَيُصِيبُ أَحَدَهُمْ فَيَقْتُلُهُ أَوْ يَضْرِبُهُ فَيَقْتُلُهُ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى {إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ{

Maksudnya:

Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami, Haiwah telah menceritakan kepada kami dan selainnya, keduanya berkata, Abu al-Aswad telah menceritakan kepada kami, al-Laith telah berkata daripada Abi al-Aswad, kemudian Abi al-Aswad berkata: Ketika unit tentera telah ditetapkan untuk penduduk Madinah, aku pun telah mendaftarkan diri di kalangan mereka. Kemudian aku telah bertemu dengan ‘Ikrimah dan apabila aku memaklumkan kepadanya akan tentang hal tersebut, dia telah melarang aku dengan keras dan berkata, “Ibn Abbas telah memberitahuku bahawa terdapat beberapa orang Islam pernah bersama dengan orang-orang Kafir untuk meningkatkan jumlah orang-orang kafir untuk menentang Rasulullah SAW. Maka anak panah pun dilemparkan dan telah terkena kepada salah seorang dari mereka sehingga membunuhnya atau dia memukul sehingga membunuhnya maka Allah SWT telah menurunkan ayat: “ Sesungguhnya orang-orang yang dimatikan oleh para Malaikat dalam keadaan mezalimi diri-diri mereka ”.

Keterangan Hadith:

Ibn Hajar telah mengatakan bahawa bagi orang yang mengambil dari riwayat Ibnu Lahi’ah dengan sanad yang mausul pada perbahasan tafsir surah an-Nisa’ disertai penjelasan hadith. Seterusnya, pendapat lain ada mengatakan pada ayat فَيَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى “anak panah datang maka di panahkan kepadanya” membawa maksud yang terbalik dan maksud yang sebenar adalah “ maka anak panah itu dilemparkan dan ia datang”.Kemudian Ibn Hajar mengatakan mungkin juga huruf “fa” yang kedua adalah sebagai tambahan dan redaksi seperti ini telah disebutkan dalam riwayat Abu Zar dalam surah an-Nisa’, فَيَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى “Maka anak panah datang dan di panahkan kepadanya”.
Maksud dari ayat فَيَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى “Maka anak panah datang dan di panahkan kepadanya” ialah dia telah dibunuh dengan anak panah dan juga pedang. Riwayat ini menyalahkan mereka yang tinggal dari kalangan mereka yang melakukan maksiat secara suka rela dan menyelamatkan orang Islam dari kebinasaan walaupun mereka mampu untuk menghindarkan diri mereka dari perkara maksiat tanpa ada keuzuran. Hal ini seperti kepada orang-orang yang masuk Islam namun orang Kafir dihalangi untuk melakukan hijrah. Kemudian orang Islam telah keluar bersama dengan orang Kafir tetapi niat mereka tidak untuk memerangi umat Islam namun hanya untuk memperbanyakkan bilangan orang Kafir supaya umat Islam melihat dari sudut itu.
Kemudian Ikrimah telah memberikan pandangan beliau bahawa barang siapa yang telah keluar bersama mereka yang hendak memerangi umat Islam maka dia telah berdosa walaupun dia tidak berperang dan tidak pula meniatkannya. Hal ini seperti yang di tegaskan dalam hadith "هم القوم لا يشقى بهم جليسهم" membawa maksud ( Mereka adalah orang-orang yang tidak akan mencelakai kawan duduk mereka) seperti yang telah dijelaskan pada perbahasan tentang kelembutan hati.

Pengajaran Hadith:
1. Sentiasa berpegang teguh dengan akidah supaya dapat mengelakkan diri daripada melakukan perkara-perkara yang dilarang oleh Allah SWT.
2. Memupuk sikap sentiasa berani dan berjihad ke jalan Allah SWT demi menegakkan agama Islam iaitu agama yang benar.
3. Tidak bersikap berpura-pura dan sentiasa jujur serta amanah dalam menegakkan agama Allah SWT.

Rujukan:
(Ibn Hajar al-Asqalani, 2009, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari . Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 12. Halaman ( 123-124)

Perkara-perkara Yang Diingkari

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ الْجَعْدِ أَبِي عُثْمَانَ حَدَّثَنِي أَبُو رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيُّ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

Maksudnya:
Abu Nu’man telah menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami daripada al-Ja’d bin Abi Uyhman, Abu Raja’ al-‘Uthardi telah menceritakan kepadaku, dia berkata, aku mendengar Ibn Abbas daripada Nabi SAW bersabda: Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra bahawa Nabi Saw pernah bersabda: "Sesiapa yang melihat sesuatu daripada pemimpinnya yang tidak disukainya, hendaklah dia bersabar, kerana orang yang memisahkan diri dengan pemimpinnya meskipun sejengkal, maka dia akan mati dalam jahiliyah".

Keterangan Hadith:

Ketaatan kepada pemimpin adalah salah satu kewajipan dalam agama, bahkan agama tidak akan tegak tanpanya. Hal ini kerana suatu kemaslahatan umat tidak akan dicapai melainkan umat masyarakat tersebut bersatu di bawah satu jemaah dan satu kepimpinan yang adil dan saksama.
Imam Bukhari berkata: “Aku telah berjumpa dengan 1000 lebih para ulama di Hijjaz, Mekah, Madinah, Kufah, Bashraah, Wasith, Baghdad, Syam dan Mesir. Aku berjumpa dengan mereka berulang-ulang kali dari satu generasi ke generasi lain. Aku tidak pernah melihat seorangpun daripada mereka yang berbeza pendapat dalam sesuatu masalah.” Berdasarkan sabda Nabi SAW: “Ada 3 perkara di mana hati seseorang muslim tidak akan dengki terhadapnya iaitu mengikhlaskan amalan kerana Allah, mentaati perintah dan komitmen dengan al-jamaah kerana doa kepada pemerintah akan berkaitan juga dengan rakyatnya.” Selain itu, al-Imam Ibn Hajar al-Asqalani berkata: “Para ulama telah bersepakat atas kewajipan taat kepada pemimpin yang menang (dalam merebut kekuasaan) dan wajib jihad bersamanya. Taat kepadanya lebih baik daripada membangkang kepadanya kerana hal tersebut akan mencegah pertumpahan darah dan menjamin kesejahteraan rakyat”.

Pengajaran Hadith:
1. Wajib ke atas kita untuk mentaati pemerintah yang melaksanakan syariat Islam sebenar-benarnya.
2. Elakkan diri daripada terjerumus ke dalam kancah perpecahan dan perselisihan.


(Ibnu Hajar al-Asqalani, 2009, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari . Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 2. Halaman 9-23.)

Kematian Lebih Baik Ketika Berlaku Fitnah

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ " لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ ".

Maksudnya:
Ismail telah menceritakan kepada kami, Malik telah menceritakan kepadaku daripada Abi al-Zinad daripada al-A'raj daripada Abu Hurairah daripada Nabi SAW, Baginda bersabda: “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga seseorang melalui kubur orang lain lalu berkata, ‘alangkah baik sekiranya aku yang berada di tempatya’.”

Keterangan Hadith:
Ibn Battal mengatakan bahawa iri hati terhadap penghuni kubur dan mengharapkan kematian ketika berlakunya fitnah adalah kerana seseorang itu khuatir kehilangan agamanya disebabkan kebatilan yang melular. Begitu juga dengan merebaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang berlaku. Ibn Baththal menambah dengan menyatakan bahawa perkara ini tidak berlaku secara umum bagi semua manusia tetapi khusus bagi orang-orang yang baik. Hal ini sedemikian kerana mungkin sahaja sesetengah orang mengharapkan kematian disebabkan musibah yang menimpanya. Perkara ini sangat ditegah berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya dan apabila dia memang harus mengharapkan, sebaiknya dia berkata: Ya Allah! Hidupkanlah aku selama kehidupan itu yang terbaik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu yang terbaik bagiku.”
al-Qurtubi mengatakan di dalam hadith ini terdapat isyarat mengenai fitnah dan kesulitan yang sangat teruk terjadi sehingga urusan agama diabaikan. Di mana semua orang sibuk menguruskan urusan duniawinya sahaja tanpa mengambil berat soal agama. Oleh itu, makruh mengharapkan kematian apabila berkenaan dengan kemudaratan atau kesempitan hidup duniawi, tetapi tidak makruh apabila motivasinya kerana takut fitnah terhadap agama disebabkan kerosakan zaman.

Pengajaran Hadith:
1. Mengharap kepada kematian dibolehkan sekiranya dia risau terhadap gejala fitnah mengenai agamanya khusunya pada akhir zaman.
2. Umat Islam mestilah sentiasa bersedia dengan fitnah yang akan berlaku serta melakukan amalan yang boleh menjadi benteng kepada fitnah.

Rujukan:

Ibn Hajar Al Asqalani. 2009. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari. Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 22. Halaman 253-257.

Fitnah Yang Bergolak Seperti Gelombang Di Lautan

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ حَدَّثَنَا شَقِيقٌ سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ يَقُولُ بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ عُمَرَ قَالَ أَيُّكُمْ يَحْفَظُ قَوْلَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي الْفِتْنَةِ. قَالَ " فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ ". قَالَ لَيْسَ عَنْ هَذَا أَسْأَلُكَ وَلَكِنِ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ. قَالَ لَيْسَ عَلَيْكَ مِنْهَا بَأْسٌ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا. قَالَ عُمَرُ أَيُكْسَرُ الْبَابُ أَمْ يُفْتَحُ قَالَ بَلْ يُكْسَرُ. قَالَ عُمَرُ إِذًا لاَ يُغْلَقَ أَبَدًا. قُلْتُ أَجَلْ. قُلْنَا لِحُذَيْفَةَ أَكَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ الْبَابَ قَالَ نَعَمْ كَمَا أَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ لَيْلَةً وَذَلِكَ أَنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالأَغَالِيطِ. فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَهُ مَنِ الْبَابُ فَأَمَرْنَا مَسْرُوقًا فَسَأَلَهُ فَقَالَ مَنِ الْبَابُ قَالَ عُمَرُ.

Maksudnya:
Umar bin Hafs bin Ghiyath telah menceritakan kepada kami, bapaku telah menceritakan kepada kami, al-A'masy telah menceritakan kepada kami, Syaqiq telah menceritakan kepada kami, aku mendengar Hudzaifah berkata, ketika kami duduk bersama ‘Umar, tiba-tiba beliau bertanya: “Siapakah daripada kalangan kamu semua yang menghafal hadis Nabi SAW tentang fitnah?” Kata Huzaifah: “Fitnah (kekurangan dalam melaksanakan kewajipan) seorang lelaki terhadap keluarga, harta, anak dan jirannya, akan dihapuskan dengan solat, sedekah dan amar makruf nahi mungkar.” ‘Umar berkata: “Bukan fitnah itu yang saya maksudkan, akan tetapi yang saya tanyakan ialah fitnah yang memukul seperti gelombang laut.” Jawab Huzaifah: “Jangan bimbang wahai Amir al-Mukminin, sesungguhnya antara anda dan fitnah itu ada satu pintu yang tertutup”. Berkata ‘Umar: “Apakah pintu itu akan dipecahkan atau akan dibuka?” Jawab Huzaifah: “Bahkan ia akan dipecahkan.” Kata ‘Umar: “Jika demikian dia tidak akan ditutup lagi buat selama-lamanya.” Jawab Huzaifah: “Ya benar.” Lalu kami bertanya kepada Huzaifah: “Apakah ‘Umar mengetahui pintu tersebut?” Beliau menjawab: “Ya, dia mengetahuinya sepertimana pengetahuannya akan ketiadaan hari esok tanpa terlebih dahulu datangnya malam, hal itu demikian kerana aku mengkhabarkan kepadanya satu berita yang bukanlah kabur padanya. (kata Syaqiq) kami bimbang untuk bertanya kepada Huzaifah siapakah pintu tersebut, lalu kami meminta Masruk untuk bertanya, lalu Masruk bertanya kepada Huzaifah: “Siapakah pintu tersebut?” Jawab Huzaifah: “Pintu itu adalah ‘Umar.”
Keterangan Hadith:
Hadis ini merupakan pengkhabaran daripada Nabi SAW akan keadaan akan datang, dimana fitnah akan berlaku, maka baginda SAW memberi peringatan kepada umat Baginda agar bersegera melakukan amalan soleh dan jangan melengah-lengahkannya lagi, kerana apabila sampai waktu fitnah seseorang itu tidak mampu lagi melakukan apa-apa amalan soleh.
Ternyata setelah wafatnya baginda SAW berlaku banyak fitnah yang menguji ketahanan iman dan keyakinan setiap muslim. Bermula dari berlakunya kemurtadan di kalangan masyarakat Arab dengan kewafatan baginda. Namun fitnah ini berjaya ditanggapinya oleh kesemua para sahabat yang diketuai oleh Khalifah yang pertama, Sayyidina Abu Bakr al-Siddiq RA. Setelah api fitnah ini berjaya dipadamkan oleh para sahabat datang pula fitnah yang berikutnya dan ia berterusan merebak sehingga ke hari ini, iaitulah fitnah yang bermula dengan pembunuhan khalifah Islam yang ketiga Sayyidina ‘Uthman bin al-‘Affan RA. Pintu kepada fitnah ini adalah dengan kematian Khalifah yang kedua, Sayyidina ‘Umar bin al-Khattab RA.
Fitnah kekacauan dan peperangan ini apabila berlaku ia akan terus berterusan. Ia merupakan fitnah yang menyesatkan manusia, termasuk di dalam fitnah kekacauan ini adalah fitnah politik, ideologi, keyakinan dan pengamalan yang dinyatakan oleh Nabi SAW seseorang itu boleh menjadi beriman pada pagi hari, namun apabila petang dia menjadi kafir, boleh jadi seseorang itu beriman pada petang harinya pula, namun pada pagi keesokannya dia menjadi kafir. Keadaan ini disebabkan seruan kebatilan yang dihadap dan diajukankan kepadanya sehingga dia tidak dapat membezakan lagi antara kebenaran dengan kebatilan.
Pengajaran Hadith:
1. Umat Islam harus beriltizam dengan melakukan amalan soleh merupakan sebab terselamat dari fitnah yang menyesatkan ini. Hal ini demikian kerana sesiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah ketika dalam keadaan selesa dan selamat, maka ketika kedatangan fitnah ia akan tetap terselamat. Melakukan amalan soleh adalah dengan berpegang teguh dengan al-Quran dan al-Sunnah, kerana kedua-duanya merupakan penyelamat dan pelindung daripada fitnah.
2. Kita hendaklah menjauhkan diri kita daripada terjebak dengan gejala fitnah duniawi.

Rujukan:

Ibnu Hajar al-Asqalani. 2009. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari. Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 17 Halaman 157-179.

Kemunculan Fitnah

حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الْوَلِيدِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الأَعْلَى حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ ‏"‏‏.‏ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّمَ هُوَ‏.‏ قَالَ ‏"‏ الْقَتْلُ الْقَتْلُ ‏"‏‏.‏
 وَقَالَ شُعَيْبٌ وَيُونُسُ وَاللَّيْثُ وَابْنُ أَخِي الزُّهْرِيِّ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم‏.
)كتاب الفتن, باب ظُهُورِ الْفِتَنِ, 7061, حديث صحيح(

Maksudnya:
‘Ayyash bin al-Walid telah menceritakan kepada kami, Abd al-A’la telah mengkhabarkan kepada kami, Ma’mar telah menceritakan kepada kami daripada al-Zuhri daripada Said dari Abu Hurairah daripada Nabi SAW, baginda bersabda, “Waktu berdekatan, amalan semakin berkurang, kekikiran semakin dipraktikkan, munculnya fitnah dan banyak terjadi harj.” Mereka yakni para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksudkan dengan harj itu?” Baginda bersabda, “Pembunuhan pembunuhan”.
Syu’aib, Yunus, al-Laith dan putra saudara al-Zuhri berkata, Daripada Al-Zuhri, daripada Humaid daripada Abu Hurairah daripada Nabi SAW.
(Kitab Fitan, Bab Kemunculan Fitnah, 7061, Shahih Bukhari)

Keterangan Hadith :
Pada akhir zaman ini, banyak terjadinya fitnah yang mampu merosakkan institusi masyarakat dan negara itu sendiri. Di antara faktor yang menyebabkan berlakunya fitnah adalah seperti :
Terlalu taksub atau mengikut dorongan perasaan iri hati dan dengki terhadap orang lain, ditambah lagi dengan kurangnya ilmu dan iman di dalam diri, menyebabkan perasaan ini sukar untuk dibendung.
Ingin mendapatkan kepercayaan dan kuasa orang terhadap diri dan dakwaannya.
Dalam hadith di atas, ada menyatakan bahawa di akhir zaman ini akan munculnya fitnah dan banyak terjadinya pembunuhan. Ini kerana perbuatan menabur fitnah sebenarnya lebih kejam dari pembunuhan , kerana kesan kerosakannya adalah lebih teruk. Jika dengan membunuh, mangsanya mungkin seorang, tetapi dengan fitnah mungkin mengakibatkan ramai orang dan kesannya akan berlanjutan sehingga bertahun-tahun.
Disebabkan demikian, umat Islam sewajarnya tidak menerima apa-apa berita itu secara membuta tuli sahaja. Malah ia perlu diselidiki, adakah ia khabar yang benar atau palsu lebih-lebih lagi berita yang menyentuh kehormatan seseorang.

Pengajaran Hadith:
Dosa membuat fitnah adalah dosa sesama manusia. Dosa ini tidak akan di ampunkan oleh Allah memlainkan orang yang difitnah itu yang memberikan keampunan.
Perbuatan fitnah adalah perbuatan mengadu-domba yang mudah mengakibatkan permusuhan diantara dua pihak yang dikaitkan dengan sesuatu fitnah.
Kita perlu sentiasa memperbaiki amalan ke arah kebaikan.

Rujukan:

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Bi Sharh Shahih Al-Bukhari. Juzuk 13. Dar Makrifah: Beirut. Kitab 92. Bab 5. Halaman 13-19.

Menghindarkan Diri Daripada Fitnah

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ الْمُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ وَمَوَاقِعَ الْقَطْرِ يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الْفِتَنِ ".

Maksudnya:
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Malik telah mengkhabarkan kepadaku daripada Abd al-Rahman bin Abdullah bin Abi Sa’sa’ah daripada bapanya daripada Abu Sa’id al-Khudri RA bahawa dia berkata, Rasulullah SAW: “Akan datang kepada manusia satu masa yang mana kambing menjadi harta terbaik bagi orang muslim. Dia akan mendaki dan menyusuri tebing-tebing bukit membawa kambing-kambingnya itu semata-mata untuk melarikan dirinya daripada fitnah”.

Keterangan Hadith:
1. Hadis ini merupakan dalil bagi orang yang mengasingkan diri kerana risau akan keselamatan agamanya.
2. Para ulama salaf berbeza pendapat mengenai hukum asal uzlah (mengasingkan diri). Menurut jumhur, berinteraksi sesama manusia adalah lebih utama kerana mendatangkan faedah-feadah agama seperti melaksanakan syiar Islam, memperbanyakkan jumlah kaum muslimin dan memberi pelbagai kebaikan kepada kaum muslimin seperti memberi bantuan dan lain-lain. Sebahagian lain berpendapat bahawa mengasingkan diri adalah lebih utama kerana lebih menjamin keselamatan dengan syarat mengetahui apa yang mesti dilakukan.Imam al-Nawawi berpendapat bahawa seseorang itu perlu berinteraksi dengan manusia lain yakni tidak mengasingkan diri daripada ketika fitnah berlaku sekiranya dia yakin tidak akan terjerumus ke dalam kancah fitnah tersebut.
3. Namun, jika dia tidak mempunyai keyakinan menghadapinya, maka mengasingkan diri adalah lebih utama.

Pengajaran Hadith:
1. Menjauhkan diri iaitu mengasingkan diri daripada fitnah digalakkan jika ianya membawa kemaslahatan.
2. Berjemaah hendaklah atas kebenaran iaitu umat Islam bersatu atas kebenaran yang berasal daripada al-Quran dan al-Sunnah yang sahih.
3. Tidak boleh bersatu di atas sesuatu yang batil atau terkeluar daripada batas-batas Islam.

Rujukan:

(Ibn Hajar al-Asqalani, 2009, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari . Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 14. Halaman 133-142.)

Fitnah Orang Yang Duduk Lebih Baik Daripada Orang Yang Berdiri

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ. قَالَ إِبْرَاهِيمُ وَحَدَّثَنِي صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ فَمَنْ وَجَدَ فِيهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِه
Maksudnya:
Muhammad bin Ubaidullah telah menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Sa’d telah menceritakan kepada kami daripada bapanya daripada Abu Salamah bin Abd al-Rahman daripada Abu Hurairah (ح). Ibrahim berkata, Salih bin Kisan telah menceritakan kepada kami daripada Ibn Shihab daripada Sa’id bin al-Musayyab daripada Abu Hurairah r.a, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Akan ada fitnah-fitnah, yang mana orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari dalam fitnah tersebut. Sesiapa berusaha menghadapi fitnah itu, maka fitnah itu akan mempengaruhinya. Sesiapa mendapatkan tempat berlindung, maka dia sebaiknya berlindung di tempat tersebut”.

Keterangan Hadith Dan Pendapat Para Ulama
Ibn al-Tin menyebutkan daripada al-Dawudi bahawa maksud hadis tersebut ialah ditujukan kepada semua individu yang terlibat dalam perkara fitnah itu. Di mana sebahagian daripada mereka lebih berat ( keterlibatannya ) berbanding dari yang lain. Individu yang paling tinggi tahapnya adalah orang yang berlari di mana dia menjadi penyebab fitnah semakin berleluasa. Kemudian orang yang berjalan yang mana dia melakukan sebab-sebab fitnah dan diikuti kawan-kawan mereka yang memperhatikannya iaitu orang yang duduk. Seterusnya orang yang menjauhi fitnah dan tidak terlibat dengan fitnah iaitu orang yang terbaring dan terjaga. Akhir sekali adalah orang yang tidak ada sangkut paut dengan fitnah sedikitpun namun dia redha, iaitu orang yang tidur. Maksud kelebihan pada kebaikan ini adalah orang yang lebih sedikit keburukannya berbanding orang yang di atasnya sesuai perinciaan tersebut.
Al-Tabari telah mengatakan bahawa para ulama mempunyai perbezaan pendapat dalam hal ini. Terdapat sebahagian yang memahami secara umum iaitu mereka yang tidak terlibat dalam peperangan antara kaum Muslimin dengan secara mutlak. Mereka adalah seperti Sa’d, Ibn Umar, Muhammad bin Maslamah, Abu Bakrah dan lain-lain dimana mereka berpegang kepada isi kandungan hadith tersebut.
Selain itu, hadith ini juga membahaskan apabila terdapat sekelompok kumpulan yang membangkang terhadap imam (pemimpin) dengan tidak menunaikan kewajipan, lalu berlakunya peperangan maka wajib pemimpin itu memerangi kelompok tersebut. Terdapat pendapat lain yang mengatakan sekiranya berlaku peperangan antara kaum muslimin di mana tidak ada imam bagi jamaah, maka peperangan ketika itu dilarang.
Al-Tabari telah mengatakan bahawa pendapat yang benar bagi maksud fitnah ialah dugaan, sementara mengingkari kemungkaran adalah wajib bagi yang mampu melakukannya. Barangsiapa menolong pihak yang benar bermaksud dia telah melakukan tindakan yang betul, dan barangsiapa yang menolong pihak yang salah bermaksud dia telah melakukan tindakan yang salah. Sekiranya kita tidak mengetahui pihak yang benar atau salah, maka sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Nabi SAW yakni tidak melibatkan diri dalam masalah tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahawa hadith-hadith yang melarang perbuatan tersebut merupakan larangan khusus untuk umat akhir zaman kerana peperangan ketika itu hanya untuk mendapatkan kekuasaan.

Pengajaran Hadith:
1. Sentiasa memupuk sikap berwaspada dan berhati-hati dalam diri sendiri agar terhindar dari sebarang fitnah.
2. Sentiasa bijak dalam membuat keputusan iaitu menyebelahi pihak yang benar kepada perkara yang benar dan tepat dan tidak akan menyebelahi pihak yang tidak benar kepada perkara yang tidak benar.
3. Tidak mudah terpengaruh dan berburuk sangka kepada perkara-perkara yang membawa kepada unsur-unsur kekeliruan.

Rujukan:

Ibn Hajar al-Asqalani, 2009, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari . Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 9. Halaman 94, 97, 99 & 100

Fitnah Muncul Dari Arah Timur ( Masyriq )

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ  حَدَّثَنَا لَيْثٌ  عَنْ نَافِعٍ  عَنِ ابْنِ عُمَر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ " وَهُوَ مُسْتَقْبِلٌ الْمَشْرِقَ يَقُولُ : أَلَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَا هُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ ".

Maksudnya:
Qutaibah bin Said telah menceritakan kepada kami, al-Laith telah menceritakan kepada kami daripada Nafi’ daripada Ibn Umar r.a, bahawa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda sambil menghadap ke Timur (Masyriq) kemudian bersabda: “Fitnah muncul dari arah ini, dari tempat keluarnya tanduk syaitan”.

(Sumber: Sahih Bukhari, Kitab Fitan, Bab Fitnah Muncul dari Arah Timur ( Masyriq ), No hadith: 6564)

Keterangan Hadith:
Hadith ini menjelaskan bahawa fitnah muncul dari arah timur, ini dapat dibuktikan dengan pendapat oleh al-Muhallab, beliau mengatakan bahawa: “Nabi Muhammad SAW tidak mendoakan untuk penduduk timur tujuannya adalah untuk melemahkan mereka daripada keburukan yang akan terjadi dari arah mereka ini disebabkan syaitan menguasainya dengan menyebarkan fitnah”. Di samping itu, Ibn Hajar rahimahullah berkata: “ Pada saat itu penduduk timur ( Masyriq ) adalah orang-orang kafir maka disebabkan itu Nabi Muhammad SAW memberitahu bahawa fitnah muncul dari arah tersebut dan terjadi seperti yang Baginda SAW khabarkan. Fitnah pertama muncul dari arah timur yang menjadi sebab perpecahan antara kaum Muslimin. Tentu sahaja hal ini termasuk perkara yang disukai syaitan serta menggembirakannya. Begitu juga, bid’ah-bid’ah muncul dari arah tersebut”.

Pengajaran Hadith:
1. Munculnya kaum Tatar pada abad ke tujuh belas Hijriyyah dari arah timur. Dengan sebab tangan-tangan merekalah terjadi banyak penghancuran, pembunuhan sebagaimana yang telah dimuatkan dalam buku- buku sejarah.
2. Sehingga saat ini sentiasa timur menjadi sumber fitnah, bid’ah, khurafat, dan atheisme. Fahaman komunis yang tidak mengakui adanya tuhan berpusat di negara Rusia dan Cina, keduanya ada di arah timur, dan datangnya Dajjal serta Yakjuj dan Makjuj dari arah timur. Hanya kepada Allah kita memohon perlindungan dari segala fitnah yang nampak secara zahir dan tersembunyi.
3. Sebahagian fitnah merupakan tanda-tanda kiamat yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW seperti peristiwa Siffin dan juga munculnya kaum Khawarij.

Rujukan:
( Ibnu Hajar al-Asqalani, 2009, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari . Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 16. Halaman 149-157).

Yakjuj Dan Makjuj

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ ح وَحَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عَتِيقٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ زَيْنَبَ ابْنَةَ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ بِنْتِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ زَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمًا فَزِعًا يَقُولُ " لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ ". وَحَلَّقَ بِإِصْبَعَيْهِ الإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا. قَالَتْ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ " نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخُبْثُ ".

Maksudnya:
Abu al-Yaman telah menceritakan kepada kami, Shu’aib telah mengkhabarkan kepada kami daripada al-Zuhri, ح, Ismail telah menceritakan kepada kami, saudaraku telah menceritakan kepadaku daripada Sulaiman daripada Muhammad bin Abi Atiq daripada Ibn Shihab daripada Urwah bin Zubair bahawa Zainab anak perempuan Abi Salamah daripada Ummu Habibah binti Abi Sufyan daripada Ummul Mu'minin, Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah SAW), bahawa Rasulullah SAW (Pada suatu hari) masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda: “La ilaha illallah, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka dari dinding Yakjuj dan Makjuj seperti ini" dan Baginda menemukan ujung jari dan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan. Aku (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya: "Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa sedangkan dikalangan kami masih ada orang-orang yang saleh?" Lalu Nabi SAW bersabda: "Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak". (Riwayat al-Bukhari)

(Kitab Fitan, Bab Ya’jud Dan Ma’jud, 7135, Shahih)

Keterangan Hadith:
Hadis di atas menerangkan bahawa apabila di suatu tempat atau negeri sudah terlampau banyak kejahatan, kemungkaran dan kefasiqan, maka kebinasaan akan menimpa semua orang yang berada di tempat itu. Tidak hanya kepada orang jahat sahaja, tetapi orang-orang yang soleh juga akan dibinasakan, walaupun masing-masing pada hari kiamat akan diperhitungkan mengikut amalan yang telah dilakukan.
Sebagaimana Ibnu Al Arabi berkata, “Di dalamnya terdapat penjelasan bahawa orang yang baik akan binasa seiring dengan binasanya orang jahat jika orang yang baik itu tidak merubah kejahatan. Begitu pula orang yang baik telah berusaha merubahnya namun tidak memberi sebarang manfaat, mereka tetap dengan perbuatan buruknya. Kejahatan semakin merebak sehingga banyak berlaku kerosakkan. Maka saat itu akan dibinasakan kesemuanya sekali.
Oleh itu, segala macam kemungkaran dan kefasiqan hendaklah segera dibasmikan dan segala kemaksiatan hendaklah segera dimusnahkan, supaya tidak terjadi malapetaka yang bukan sahaja akan menimpa orang-orang yang melakukan kemungkaran dan kejahatan tersebut, tetapi ianya menimpa semua penduduk yang berada di tempat itu.
Dalam hadis di atas, walaupun disebutkan secara khusus tentang bangsa Arab tetapi yang dimaksudkan adalah seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Tujuan disebutkan bangsa Arab secara khusus adalah kerana Nabi kita saw. sendiri adalah dari kalangan mereka, dan yang menerima Islam pada masa permulaan penyebarannya adalah kebanyakannya dari kalangan bangsa Arab dan sedikit sekali dari bangsa yang lain . Begitu pula halnya dalam masalah yang berkaitan dengan maju-mundurnya. Umat Islam adalah banyak bergantung kepada maju-mundurnya bangsa Arab itu sendiri. Selain daripada itu, bahasa rasmi Islam adalah bahasa Arab. Kemudian Yakjuj dan Makjuj pula adalah dua bangsa (dari keturunan Nabi Adam as.) yang dahulunya banyak membuat kerosakan di permukaan bumi ini, lalu batas daerah dan kediaman mereka ditutup oleh Zul Qarnain dan pengikut-pengikutnya dengan campuran besi dan tembaga, maka dengan itu mereka tidak dapat keluar, sehinggalah hampir tibanya hari kiamat. Maka pada masa itu dinding yang kuat tadi akan hancur dan keluarlah kedua-dua bangsa ini dari kediaman mereka lalu kembali membuat kerosakan dipermukaan bumi ini. Apabila ini telah terjadi, ia menandakan bahawa hari kiamat sudah dekat.

Pengajaran hadith:
Tembok Zulqarnain berkait rapat dengan asal-usul dan identiti bangsa Yakuj wa Ma’Kjuj . Daripada Ibn Abbas r.a kepada Ibn Khaldun sehinggalah ulama mutakhir , mereka seolah sepakat tembok Zulqarnain terletak di pergunungan Caucasus. Apabila tiba ketentuan Allah SWT , sebagaimana yang Allah SWT janjikan , tembok itu akan hancur , maka Yakjuj wa Makjuj akan muncul dan akan turun “dari seluruh tempat yang tinggi”. Oleh itu, perkara-perkara berkaitan peristiwa akhir zaman ini wajib di imani oleh setiap muslim dan tidak boleh disanggah sama sekali tentang kebenarannya.Menjadi satu kepastian kaum Ya’juj wa Ma’juj akan muncul di akhir zaman sebelum terjadinya Hari Kiamat. Ia menjadi salah satu dari tanda-tanda besar berlakunya Kiamat. Di dalam hadis Rasulullah s.a.w ada menyebut, apabila Ya’juj wa Ma’juj muncul , mereka melalui Tasik Tabariah dan mereka meminum airnya sehingga kering. Justeru, kita perlu beramal ibadah dengan sebenar-benarnya seperti yang disuruh Allah SWT melalui teladan yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini kerana, ia adalah perkara asas dan umum yang mesti kita lakukan, agar iman menjadi mantap.

Rujukan:

(Ibn Hajar Al Asqalani. 2009. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari. Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab Al-Fitan. Bab 28. Halaman 363-379.)

Al-Haudh

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِاللَّهِ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ قَالَتْ أَسْمَاءُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا عَلَى حَوْضِي أَنْتَظِرُ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ فَيُؤْخَذُ بِنَاسٍ مِنْ دُونِي فَأَقُولُ أُمَّتِي فَيُقَالُ لا تَدْرِي مَشَوْا عَلَى الْقَهْقَرَى قَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَرْجِعَ عَلَى أَعْقَابِنَا أَوْ نُفْتَنَ
Maksudnya:
 Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, Bishr bin al-Sari telah menceritakan kepada kami, Nafi’ bin Umar telah menceritakan kepada kami daripada Ibn Abi Mulaikah, dia berkata, Asma’ berkata daripada Nabi Muhammad SAW, baginda bersabda: “Aku berada di Haudh iaitu telagaku menunggu orang-orang yang datang kepadaku, lalu diambil beberapa orang selain umatku, maka aku berkata, “Umatku.” Maka ada yang mengatakan, “Engkau tidak tahu mereka telah berjalan mundur ke belakang”

Keterangan Hadith:
Secara etimologi, al-Haudh adalah tempat terkumpulnya air dalam jumlah yang banyak, iaitu telaga. Adapun makna al-Haudh secara syar’i adalah sebuah telaga di Mahsyar, yang airnya bersumber dari sungai al-Kauthar yang dikurniakan kepada Nabi. Al-Syaikh Hafiz bin Ahmad al-Hakami berkata, “Sungguh, terdapat dalil tentang penyebutan al-Haudh, iaitu tafsiran al-Kauthar dengan makna al-Haudh, keberadaan dan sifat-sifatnya, dari sanad-sanad para sahabat dari Nabi , iaitu hadith-hadith yang masyhur dengan sanad-sanad yang banyak bahkan sampai taraf mutawatir. Ibn Hajar al-Asqalani juga mengatakan riwayat hadith ini dijumpai dalam kitab sahih al-Bukhari melainkan pada bab ini. Keadaan orang-orang yang akan datang dan minum dari telaga Nabi SAW adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya iaitu orang yang mengikuti syariat baginda. Adapun orang yang enggan dan sombong untuk mengikuti syariat yang dibawa oleh baginda, nescaya akan diusir dari telaga Nabi SAW.

Pengajaran Hadith:
1. Kita mesti berpegang teguh kepada kitab al-Quran dan sunnah Nabi SAW serta istiqamah dengannya, menjauhi semua amalan bidaah dan dosa-dosa besar agar mendapat syafaat Nabi SAW kelak.
2. Sesungguhnya wajib bagi Muslim menghalusi setiap berita diterima supaya tidak terbabit dalam kancah berita berunsur fitnah. Sebarang berita diterima perlu dipastikan kesahihannya. Kebijaksanaan dan kewarasan fikiran amat penting digunakan bagi memastikan tidak terpedaya dengan berita berunsur fitnah.

Rujukan:
(Ibnu Hajar al-Asqalani, 2009, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari . Penterjemah : Amiruddin. Cetakan Pertama. Jilid 35. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitab al-Fitan. Bab 1. Halaman 4-8)

Fitnah yang Mengenai Semua Rumah

حدثنا الحميدي حدثنا الوليد بن مسلم حدثنا عبد الله بن العلاء بن زبر قال: سمعت بسر بن عبيد الله أنه سمع أبا إدريس قال: سمعت عوف بن مالك قال: أتيت النبي صلى الله عليه وسلم في غزوة تبوك- وهو في قبة من أدم- فقال: اعدد ستا يدي الساعة: موتي ، ثم فتح بيت المقدس، ثم موتان بأخذ فيكم كقعاص الغنم، ثم استفاضة المال حتى يعطى الرجل مائة دينار فيظل ساخطا، ثم فتنة لا يبقى بيت من العرب إلا دخلته، ثم هدنة تكون بينكم وبين بني الأصفر فيغدرون، فيأتونكم تحت ثمانين غاية تحت كل غاية اثنا عشر ألفا

Maksudnya:
Al-Hamidi telah menceritakan kepada kami, al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami, Abdullah bin al-Ala’ bin Zubir telah menceritakan kepada kami, dia berkata, aku mendengar Basar bin Ubaidullah bahawa dia mendengar Abu Idris berkata, aku mendengar Auf bin Malik berkata: Aku berjumpa Nabi SAW dalam perang Tabuk dan Rasul SAW berada di dalam khemah daripada kulit binatang. Nabi SAW bersabda: kiralah enam perkara sebelum kiamat. 1. Kematianku 2. Pembukaan Bait al-Maqdis 3. Kematian yang besar yang akan mengambil kamu sama seperti penyakit ulat pada kambing ( iaitu taun yang berlaku kepada penduduk Syam) 4. Harta melimpah sehingga lelaki diberi seratus dinar namun dia tetap marah 5. Fitnah yang akan kena semua rumah orang Arab 6. Perdamaian antara kamu dengan orang-orang Rom lalu mereka akan memungkiri janji dan mereka akan datang dengan 80 bendera dan setiap satu bendera ada 12 ribu bala tentera.

(BUKHARI. KITAB JIZYAH. BAB PENGKHIANATAN YANG HARUS DIWASPADAI. NO HADITH 2940)

Keterangan Hadith :
(ستا) Maksudnya, enam tanda-tanda akan terjadinya Kiamat, atau tampak tanda-tanda yang mendekati terjadinya Kiamat.ثم موتان  Kemudian kematian,
Al-Qazzaz berkata, “ Kata ‘mutaan’ bermakna kematian”. Sementara ulama lain selain daripadanya berkata, “Maknanya adalah kematian yang sangat banyak”.
Dalam riwayat Ibnu as-Sakan disebutkan “mautataan” (dua kematian), iaitu dalam bentuk tatsniyah (ganda). Dengan demikian, harus dibaca fathah pada huruf pertama.
كعقاص الغنم (sama seperti penyakit kambing). Uqash adalah penyakit yang menimpa haiwan ternakan di mana air keluar dari hidungnya dan mengakibatkan kematian mendadak. Abu Ubaid berkata, “dari sini diambil kata iq’ash, iaitu kematian”. Ibnu Faris berkata, “Uqash adalah penyakit yang menimpa di bahagian dada seakan-akan mematahkan leher”. Dikatakan bahawa tanda kiamat ini telah nampak saat menyebar wabak ta’un anwas di masa pemerintahan umar, dan hal itu terjadi setelah pembebasan Baitul maqdis.
 ثم استفاضة المال( kemudian harta melimpah). Tanda kiamat ini nampak pada masa pemerintahan Uthman bin Affan ketika terjadi pembebasan secara besar-besaran, dan fitnah yang disenyalir dimulai dengan terbunuhnya Uthman. Setelah itu bencana dan fitnah terjadi. Sedangkan tanda Kiamat keenam yang disebutkan pada hadith ini belum pernah berlaku.
هدنة(perdamaian). Maksudnya, mengikat perjanjian untuk tidak melakukan peperangan setelah terjadi gerakan peperangan. Adapun yang dimaksudkan dengan bani Ashfar adalah bangsa Romawi.
غاية (Ghaayah). Iaitu, panji. Panji dinamakan ghaayah (tujuan), kerana ia adalah sesuatu yang diikuti, jika berhenti maka pasukan pun akan berhenti.

Pengajaran Hadith:
1. Umat Islam diingatkan supaya meneliti segala tanda kiamat yang telah disabdakan oleh Baginda Nabi SAW.
2. Manusia mesti sentiasa bersedia dan berwaspada dengan segala tanda yang disebutkan oleh Rasulullah SAW.

Rujukan:
( Ibn Hajar al-Asqalani. 20009. Fathul Baari Penjelasan Kitab Sahih al-Bukhari. Penterjemah: Amiruddin. Cet. 3. Jil. 16. Hlm 870-875. )

Kelebihan Beribadat Di Saat-Saat Hura-Hara

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ مُعَلَّى بْنِ زِيَادٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ح وَحَدَّثَنَاهُ قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنِ الْمُعَلَّى بْنِ زِيَادٍ رَدَّهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ رَدَّهُ إِلَى مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَدَّهُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ " الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَىَّ " .

(كتاب الفتن وأشراط الساعة, باب فَضْلِ الْعِبَادَةِ فِي الْهَرْجِ, ٢٩٤٨, حديث صحيح)

Maksudnya:
Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid telah mengkhabarkan kepada kami daripada Mu’alla bin Ziyad daripada Mu’awiyah bin Qurrah daripada Ma’qil bin Yasar bahawa Rasulullah SAW, ح, Qutaibah bin Said telah menceritakannya kepada kami, Hammad telah menceritakan kepada kami daripada Mu’alla bin Ziyad dia mengembalikannya kepada Mu’awiyah bin Qurrah, dia mengembalikannya kepada Ma’qil bin Yasar, dia mengembalikannya kepada Nabi SAW baginda bersabda: "Beribadat di saat-saat huru hara (dunia kacau bilau) adalah seperti berhijrah kepadaku". (Riwayat Muslim)

(Kitab Fitan, Bab Kelebihan Beribadat Di Saat Huru-Hara, 2948, Shahih)

Penerangan Hadith:
Sememangnya tabiat manusia itu apabila ditimpa sesuatu kesulitan, mereka akan mengadu untuk melakukan sesuatu ibadat. Mereka akan berkata, jika kesulitan ini tidak terjadi pasti aku akan lebih mudah untuk melakukan sesuatu ibadat. Namun, apabila keadaan semakin baik, mereka akan terus lupa untuk melakukannya.
Orang yang mampu beribadat dan menunaikan kewajipan agamanya di saat-saat yang penuh dengan huru hara dan gangguan dari segenap penjuru, dan mampu mengingati Allah SWT di saat-saat orang lain lupa dan di sibukkan dengan perkara-perkara yang melalaikan. Mereka akan diberikan pahala seperti pahala hijrah yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin di zaman Rasulullah saw.
Mudah-mudahan kita termasuk di kalangan mereka yang mampu beribadat walaupun di dalam keadaan dan suasana yang sangat menyibukkan, dan mudah-mudahan kita mendapatkan pahala besar yang telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW tadi.

Pengajaran Hadith:

1 .Allah menjanjikan ganjaran yang besar bagi umatnya yang mampu mempertahankan imannya walaupun pada saat huru-hara.
2. Setiap muslim harus berusaha untuk mempertahankan iman dan berusaha untuk tetap melakukan ibadah walaupun keadaan huru-hara.

Rujukan:

Imam Yahya Bin Syarif An-Nawawi. 2000. Shahih Muslim Bi Syarah Nawawi. Pentahqiq: Muhammad Fuaad Abdul Baqi. Juzuk 18. Beirut, Lubnan. Halaman 70.
Muhammad Idris Al-Marbawi. 2008. Bahru Al-Madzi Syarah Mukhtashar Shahih at-Tirmidzi. Pengalih Tulisan: Noraine Abu. Juzuk 15. Kuala Lumpur. Halaman 156-157.

Golongan Yang Akan Mendapat Pertolongan Daripada Allah swt

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلاَ خَيْرَ فِيكُمْ لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
كتاب الفتن عن رسول الله صلى الله عليه وسلم) باب مَا جَاءَ فِي الشَّام)

Maksudnya:
Mahmud bin Gahilan telah menceritakan kepada kami, Abu Daud telah menceritakan kepada kami,  Shu’bah telah menceritakan kepada kami daripada Mu’awiyah bin Qurrah daripada bapanya, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Akan sentiasa ada sekelompok daripada umatku mendapat pertolongan. Orang-orang yang menghinakannya tidak akan membahayakan mereka hingga terjadi hari kiamat”.

(HR. Muslim: Kitabul Imarah no. 3544 dan Tirmidzi: Kitabul fitan no. 2155 )

Keterangan Hadith:

‘Al-Taifah al-Mansurah’ ialah kelompok/golongan yang mendapatkan pertolongan, yang memperoleh kemenangan. Hadith ini menjelaskan akan adanya sekelompok umat dari (kaum Muslimin) yang sentiasa berjuang menegakkan dan membela agama Islam yang ‘haq’. Mereka itu sentiasa berada di atas kebenaran dan mendapat pertolongan Allah dan memperoleh kemenangan malah tidak berpengaruh dengan kelompok lain yang membencinya dan memusuhinya. Mereka terus istiqamah dalam kebenaran hingga hari kiamat.

Para ahli hadith seperti imam al-Bukhari dan Imam Ahmad berpendapat bahwa Taifah Mansurah adalah ‘Ashab al-Hadith’, alim ulama yang menjaga risalah Islamiyah tetap berada pada kemurnian agama Islam sebagaimana pada awalnya Rasulullah Saw dan para sahabat, generasi awal atau generasi salaf menerima, memahami dan mempraktikkan ajaran Islam dari sumber yang asal.

Para ulama menyebut al-Taifah al-Mansurah adalah sebahagian dari (Golongan yang Selamat), sebahagian daripada Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaah, sebahagian daripada al-Ghuraba ( Yang Terasing). Bahawa kebenaran itu tidak akan pernah sirna dan akan terus bersinar disetiap zaman dan generasi.

Pengajaran Hadith

1. Akan adanya sekelompok umat Muhammad yang sentiasa membela sunnahnya dan berpegang kepada kebenaran di setiap zaman, semoga kita termasuk dalam golongan mereka.
2. Golongan yang mendapat pertolongan ini akan terus berjalan dan menebar walaupun dicemuh oleh orang yang membenci ahli ibadat.
3. Golongan ini akan ditolong oleh Allah dari segi kekuatan fizikal dan kekuatan hujah dan keterangan.


Rujukan:

Imam Yahya Bin Syarif An-Nawawi. 2000. Shahih Muslim Bi Syarah Nawawi. Pentahqiq: Muhammad Fuaad Abdul Baqi. Juzuk 18. Beirut, Lubnan. Halaman 70.Muhammad Idris Al-Marbawi. 2008. Bahru Al-Madzi Syarah Mukhtashar Shahih at-Tirmidzi. Pengalih Tulisan: Noraine Abu. Juzuk 15. Kuala Lumpur.

Cara Allah swt mencabut ilmu

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ  قَالَ : حَدَّثَنِي مَالِكٌ  عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ  عَنْ أَبِيهِ  عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ  قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ص يَقُولُ : " إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا "  قَالَ الْفِرَبْرِيُّ : حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ : حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ.

Maksudnya :
Ismail bin Abi Uwais telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Malik telah menceritakan kepadaku daripada Hisham bin Urwah daripada bapanya daripada Abdullah bin Amr bin al-As  katanya, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Allah tidak menarik kembali ilmu pengatahuan dengan jalan mencabutnya dari hati sanubari manusia, tetapi dengan jalan mematikan orang-orang berpengatahuan (ulama). Apabila orang berpengatahuan telah punah, maka masyarakat akan mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin yang akan dijadikan tempat bertanya. Orang-orang bodoh ini akan berfatwa tanpa ilmu; mereka itu sesat dan menyesatkan.”

Penerangan Hadith :
(Allah SWT tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan jalan mencabutnya) atau menghapus ilmu dari lubuk hati sanubari. Rasulullah SAW mengucapkan hadith ini pada saat haji wada’, sebagaimana hadith yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadith Abu Umamah, bahawa saat haji wada’ Nabi SAW bersabda, “Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu tersebut.” Arabi berkata, “Bagaimanakah cara ilmu diangkat atau dipunahkan? Baginda bersabda, “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama’ (orang yang menguasai ilmu tersebut.”

Pengajaran Hadith:
Hadith ini menganjurkan untuk menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, peringatan bahawa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar-benar mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadith ini juga dijadikan alasan oleh jumhur ulama’ untuk mengatakan bahawa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid.

Rujukan:

Ibnu Hajar Al Asqalani. 2009. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari. Penterjemah : Gazirah Abdi Ummah. Cetakan 9. Jilid 1. Jakarta : Pustaka Azzam. Kitabul Ilmi. Bab 34. Halaman 374-375.